Eastern Ghouta Masih Terus Digempur
jpnn.com, DAMASKUS - Di atas kertas gencatan senjata masih berlaku di Eastern Ghouta, Syria. Namun, serangan demi serangan terus terjadi di wilayah yang diklaim sebagai sarang oposisi tersebut. Jumat (2/3) pasukan Syria menduduki sisi timur Eastern Ghouta setelah melancarkan serangan udara sejak Rabu (28/2).
”Pasukan pemerintah menduduki Desa Hawsh Zreika dan Desa Hawsh Al Zawahra di kawasan Maraj,” kata Rami Abdulrahman, direktur Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), kepada Reuters.
Tapi, setelah merebut dua desa itu dari tangan oposisi, pasukan pemerintah masih melanjutkan serangan darat di Eastern Ghouta. Tentu saja, oposisi bersenjata di area tersebut melawan serangan pasukan Syria.
Sejauh ini, konflik antara oposisi bersenjata dan pasukan Syria yang didukung militer Rusia telah mengakibatkan lebih dari 600 nyawa melayang. Jeda tempur lima jam per hari yang dirancang untuk mendukung gencatan senjata tak berfungsi.
Jalur evakuasi untuk mengungsikan warga dari Eastern Ghouta juga belum terealisasi. Alhasil, distribusi bantuan kemanusiaan PBB belum sampai tujuan.
Atas prakarsa Inggris, Dewan HAM PBB di Kota Jenewa, Swiss, menggelar rapat khusus untuk membahas krisis kemanusiaan di Syria.
Bersamaan dengan itu, BBC merilis gambar satelit Eastern Ghouta sebelum dan sesudah serangan udara Syria dan Rusia. Di salah satu distrik, 95 persen wilayahnya rata dengan tanah. Nyaris tidak ada bangunan di sana. (hep/c10/pri)
Di atas kertas gencatan senjata masih berlaku di Eastern Ghouta, Syria. Namun, serangan demi serangan terus terjadi di wilayah tersebut
Redaktur & Reporter : Adil
- Menko Polkam Budi Gunawan jadi Tamu Kehormatan di National Day Federasi Rusia
- Rusia Nilai Indonesia Sangat Klop dengan BRICS
- Angkatan Laut Rusia Bakal Masuki Perairan Indonesia, Ada Misi Khusus Apa?
- Mendaki Secara Ilegal, Bule Rusia Jatuh di Gunung Rinjani, Pendaki Jakarta Belum Ditemukan
- Emmanuel Macron Sebut Uni Eropa Perlu Mempertimbangkan Kembali Hubungan dengan Rusia
- BPIP: Muhibah Megawati ke Rusia dan Uzbekistan Sebagai Diplomasi Pancasila di Panggung Internasional