Edward E. Masters, Diplomat AS
Tetap Cinta meski Trauma Akibat Bom Marriott
Kamis, 19 Maret 2009 – 06:17 WIB
Para tentara tersebut, lanjut Masters, seperti membentuk parade yang terus berlalu lalang. Salah seorang staf kedutaan malamnya juga mengaku mendengar tembakan dari belakang kedutaan. "Di belakang kedutaan itu rumah Jenderal Pandjaitan," katanya.
Suasana ibu kota Indonesia saat itu sangat mencekam. Ed, panggilan Edward Masters, langsung berspekulasi bahwa keadaan tersebut bisa dipicu oleh dua hal. Yang pertama, hilangnya kekuasaan Soekarno. Kemungkinan kedua, sang proklamator yang dinobatkan sebagai presiden seumur hidup telah meningal dunia.
Selama beberapa hari saat kondisi rawan itu, Masters tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa memantau kondisi dengan mendengarkan siaran radio RRI. Setelah sempat hilang, siaran radio milik pemerintah itu kembali hidup dengan berkali-kali menyiarkan agar para pendengar waspada. Kemudian, diberitakan bahwa masyarakat diminta mendengarkan pengumuman pada pukul 07.00 esok harinya.
"Tepat pukul 07.00 suara Soekarno berkumandang. Jelas sekali itu suaranya, meski bernada berat. Namun, tidak ada penyesalan terhadap pembunuhan para jenderal," ungkap Masters. Namun, buru-buru dia menambahkan bahwa Soekarno mungkin tidak tahu bahwa para jenderal itu akan dibunuh. "Mungkin tahunya hanya ditangkap," sebutnya.
Mungkin bukan sekadar kebetulan jika diplomat senior Amerika, Edward Eugene Masters, datang ke Indonesia selalu saat terjadi krisis. Kali ini pun
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408