EE. Mangindaan: Setelah Pancasila Tersandar di Lorong Sunyi

EE. Mangindaan: Setelah Pancasila Tersandar di Lorong Sunyi
Wakil Ketua MPR E.E. Mangindaan. Foto: dok. Humas MPR

Apalagi, lanjut Mangindaan, sejak reformasi, Pancasila seakan tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu, hilang dari memori kolektif bangsa.

Bukan hanya itu, Pancasila semakin jarang kita dengar dan diucapkan ataupun jarang dikutip, serta dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan, maupun kemasyarakatan.

“Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi, jauh dari hiruk pikuk demokrasi,” ungkap mantan Gubernur Sulawesi Utara dua periode ini.

Hanya saja, Mangindaan berharap, forum ini bukanlah untuk membahas hal-hal mendasar yang telah disepakati bersama (ideologi, dasar negara, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

Tapi bagaimana pengamalan dan implementasi Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mangindaan menunjuk contoh generasi muda milenial atau generasi IT.

“Kalau generasi yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa ini dibiarkan berjarak dari dasar negara maka di kemudian hari negara ini akan menjadi apa? Mudah-mudahan tidaklah demikian adanya,” harap Mangindaan.

Forum yang membahas soal penegasan Pancasila sebagai dasar negara ini berlangsung menarik.

Soal tidak adanya kata Pancasila di dalam Pembukaan UUD dan lambang negara umumnya muncul dua pendapat.

Pancasila jangan dianggap sebagai formalitas belaka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News