Efek Buruk Berpakaian Warna Kuning Bagi Kesehatan

Efek Buruk Berpakaian Warna Kuning Bagi Kesehatan
Efek Buruk Berpakaian Warna Kuning Bagi Kesehatan

jpnn.com - SETIAP orang tentu memiliki warna kesukaannya masing-masing, termasuk warna kuning. Jika anda salah satunya, maka anda harus berhati-hati. Sebuah studi menyebutkan bahwa penggunaan warna kuning dikaitkan dengan risiko kesehatan serius.

Menurut temuan awal dari studi peer-review, jejak polychlorinated biphenyl yang dilarang atau polychlorinated biphenyl (PCB), khususnya PCB-11, telah ditemukan dalam pewarna kuning pakaian dan barang cetakan, sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatan pada orang-orang yang terpapar.

PCB-11 adalah bagian dari bahan kimia beracun yang digunakan dalam aplikasi industri dan komersial seperti listrik, pemindah panas, plastik, dan produk karet. Meskipun pigmen kimia ini sempat dilarang oleh Toxic Substances Act pada tahun 1979, namun penggunaannya dalam tingkat sangat rendah masih diperbolehkan.

Bahan kimia ini dianggap mungkin menjadi karsinogen karena diketahui dapat menyebabkan kanker pada hewan, namun buktinya bagi manusia belum konklusif.

Meskipun begitu, The Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan bahan kimia ini telah dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari cacat lahir, iritasi, kanker, dan masalah perkembangan pada anak.

Dalam sebuah penelitian terbaru, tim ilmuwan lingkungan di Rutgers University berusaha mengungkap bahan atau produk konsumen yang paling banyak memiliki PCB-11.

Bahan yang diuji di antaranya 16 potong pakaian kuning, 28 sampel produk kertas, termasuk kartu pos dan serbet yang berisi tinta dan dibuat di luar AS.

Temuan menunjukkan 100 persen dari 16 sampel pakaian mengandung PCB-11, sementara 26 dari 28 sampel kertas juga positif mengandung bahan tersebut. PCB-11 ditemukan dalam sebagian besar kemasan makanan kantong plastik di seluruh dunia.

SETIAP orang tentu memiliki warna kesukaannya masing-masing, termasuk warna kuning. Jika anda salah satunya, maka anda harus berhati-hati. Sebuah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News