Efek Kebijakan Dua Anak Di Tiongkok Tidak Signifikan Atasi Krisis
jpnn.com - BEIJING - Kebijakan satu anak dilaksanakan di Tiongkok pada akhir 1970-an yang membatasi satu anak bagi pasangan menikah resmi diakhiri, Minggu (27/12) kemarin.
Pemerintah selama ini memberi alasan bahwa kebijakan satu anak adalah kontributor utama terhadap perkembangan ekonomi Tiongkok dan memblokir 400 juta kelahiran.
Bagi siapa yang melanggar akan dikenakan denda atau sering melakukan aborsi secara paksaan. Kebijakan itu mengakibatkan aborsi menargetkan anak perempuan, setelah masyarakat negara itu lebih cenderung memilih anak laki-laki.
Keluarga di luar kota sudah diperbolehkan untuk memiliki dua anak jika anak pertama adalah perempuan.
Efeknya, populasi Tiongkok merupakan yang terbesar dengan 1,37 miliar orang kini menua dengan cepat, dan jumlah gender tidak seimbang dan jumlah tenaga kerja yang menyusut.
Kekhawatiran itu telah membawakan perubahan pada 2013, di mana memungkinkan pasangan untuk memiliki dua anak, jika salah seorang dari mereka adalah anak tunggal.
Namun tidak banyak yang mengambil kesempatan itu menyusul pendapatan tidak meningkat dan biaya yang terlihat lebih tinggi.
Seorang ahli pendapatan mengatakan perubahan kebijakan dua anak itu mungkin tidak memiliki efek yang signifikan dan terabaikan untuk mencapai tujuan pemeritah mengatasi krisis populasi di Tiongkok. (AFP/ray/jpnn)
BEIJING - Kebijakan satu anak dilaksanakan di Tiongkok pada akhir 1970-an yang membatasi satu anak bagi pasangan menikah resmi diakhiri, Minggu (27/12)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pengelolaan Perbatasan RI-PNG Jadi Sorotan Utama di Sidang ke 38 JBC
- Bertemu PM Pakistan, Prabowo Bahas Peningkatan Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
- 13 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kapal di India Bagian Barat
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Bertemu Paus Fransiskus, Arsjad Rasjid Bawa Misi Kemanusiaan
- Beginilah Cara Iran Merekrut Warga Israel Jadi Mata-Matanya