Eko Patrio: PGEO Berperan Penting dalam Transisi Energi Bersih
"Mereka berupaya untuk mengoptimalkan proses ekstraksi panas bumi, penggunaan sumber daya, dan pengurangan limbah. Ini sesuai dengan arahan Presiden agar Indonesia mulai transisi menuju penggunaan energi baru terbarukan," ucapnya.
Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB), potensi sumber daya energi panas bumi Indonesia mencapai 29 ribu MW (MegaWatt) di mana kapasitas saat ini baru mencapai 2.276 MW.
Dengan angka tersebut saja, kata Eko, Indonesia berada di peringkat kedua tertinggi di dunia, di bawah Amerika Serikat (AS) yang punya kapasitas 3.722 MW.
"Jadi, kita mengetahui bahwa panas bumi ini sangat potensial sebagai alternatif energi terutama untuk listrik di Indonesia," ucap ketua DPW PAN DKI Jakarta itu.
Eko juga menilai PGEO adalah perusahaan pelat merah yang ambisius dalam memanfaatkan energi panas bumi. Tahun ini, BUMN itu banyak melakukan aksi korporasi.
"PGEO berencana untuk membeli unit panas bumi milik KS Orka Renewables senilai hingga USD 1 miliar," sebutnya.
Selain itu, PGEO juga menandatangani perjanjian awal dengan dua perusahaan Kenya untuk menjajaki kemitraan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi yang jika digabungkan bisa bernilai USD 2,2 miliar.
"Sorik Marapi, yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal di Sumatera Utara, merupakan salah satu proyek panas bumi terbesar yang sedang dikembangkan di Indonesia dengan kapasitas hingga 240 megawatt," tuturnya.
Anggota Komisi VI DPR RI Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio menyebut Pertamina Geothermal Energy (PGEO) berperan penting dalam transisi energi bersih.
- DPR Buka Suara soal Pelarangan BBM Bersubsidi untuk Ojol, Oh Ternyata
- Menikah Bulan Ini dengan Putri Zulhas, Zumi Zola Ungkap Kedekatan Anak dengan Calon Istri
- Pimpin Integrasi Jaringan ATM Terbesar di RI, Dirut Jalin Masuk Top 100 CEO Nasional 2024
- Pertamina Membukukan Laba Bersih USD 2,66 Miliar hingga Oktober 2024
- Bakal Nikahi Putri Zulkifli Hasan Bulan Ini, Zumi Zola Ungkap Respons Sang Ibunda
- Tanggapi Harga Saham BUMN Turun, Pakar Keuangan: Murni Faktor Pasar, Bukan karena BPI Danantara