Ekonom Dorong Maksimalkan Potensi Pajak Selain Cukai Rokok

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Vid Adrison mengatakan bahwa pemerintah harus memanfaatkan sumber pajak lain selain cukai, termasuk dari cukai rokok.
Hal itu diungkap kepala Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Vid Edison dalam diskusi virtual "Pandemi, Harga Cukai, dan Naik Perokok Anak", Sabtu (9/5).
Menurut Vid, fakta pertama bahwa merokok berbahaya sehingga konsumsi harus dikendalikan. Kemudian, fakta kedua adalah bahwa revenues dari cukai itu besar sekali.
Nah, Vid mengatakan, kalau seandainya mau pro pengendalian, berimplikasi pada revenues. Sebaliknya, kalau pro revenues pasti implikasinya pada pengendalian.
Namun, Vid menjelaskan sebetulnya ada sesuatu yang salah bila dilihat dari aspek lain, tax revenues Indonesia rendah yakni 9 persen tax to GDP ratio.
Menurut Vid, implikasinya adalah ketika penerimaan dari sumber lain rendah maka pemerintah akan memanfaatkan dari cukai.
"Padahal sebetulnya filosopi cukai itu adalah pengendalian bukan untuk revenue," tegas Vid. "Sekarang pertanyaannya kenapa di negara lain itu bisa berhasil? Sederhana, karena tax revenues mereka tinggi," kata Vid.
Jadi, Vid menegaskan, selama tax revenues rendah, maka pasti tidak akan selesai pro dan kontra apakah pro pengendalian atau revenues. "Jujur, tidak akan selesai," tegasnya.
Ekonom meminta pemerintah meningkatkan sumber pendapatan pajak selain cukai. Kalau tidak, persoalan akan terus berulang.
- YouTuber Ridwan Hanif Bagikan Pengalamannya Gunakan CPD Carnet saat Touring 3 Negara
- Reklamasi Berpotensi jadi Sumber Pendapatan Baru Negara & Buka Peluang Usaha bagi Masyarakat
- Usut Kasus Pajak, KPK Panggil Bos PT Wildan Saskia Valasindo dan Bahari Buana
- Usut Kasus Gratifikasi, KPK Periksa Pemeriksa Pajak di Kemenkeu
- Usut Gratifikasi ke Pejabat Pajak, KPK Periksa Bos Bharata Millenium Pratama hingga BPR Olympindo
- Usut Gratifikasi Pejabat Pajak, KPK Periksa Bos PT Cakra Kencana Indah dan PT Mitra Adiperkasa