Ekonom Megawati Institute Pimpin Dewan Komisaris PGN
jpnn.com - JAKARTA - Pos-pos strategis di badan usaha milik negara (BUMN) satu demi satu ditempati para pendukung Joko Widodo di pemilu presiden lalu. Yang terkini, ekonom dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga peneliti di Megawati Institute, Iman Sugema menempati jabatan komisaris utama di PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menggantikan Bayu Krisnamurthi.
Selain Iman juga ada nama Paiman Rahardjo yang duduk di jajaran komisaris PGN. Paiman adalah sekretaris di Rumah Koalisi Indonesia Hebat, salah satu organisasi relawan pendukung Joko Widodo dalam pemilu presiden 2014 silam.
Penunjukan Iman dan Paiman sebagai komisaris di BUMN pengelola gas bumi itu berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) PGN, Senin (6/4). Juru Bicara PGN, Irwan Andri Atmanto mengatakan dari enam komisaris, ada lima orang yang baru ditunjuk.
"Ada lima orang komisaris yang baru terpilih dalam RUPS. Sedangkan Pak Muhamad Zamkhani tetap menjadi dewan Komisaris," ujar Irwan saat menggelar jumpa pers di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (6/4).
Selain Iman, empat komisaris baru PGN adalah Tirta Hidayat, Mohamad Iksan, Paiman Raharjo, dan I Gusti Nyoman Wiratmadja. Sedangkan untuk jajaran direksi PGN tidak ada perubahan. (chi/jpnn)
Berikut jajaran komisaris PGN tahun 2015-2019:
Komisaris Utama Independen : Iman Sugema
Komisaris : Tirta Hidayat
Komisaris : Mohammad Ikhsan
Komisaris Independen : Paiman Raharjo
Komisaris : IGN Wiratmaja Puja
Komisaris : M. Zamkhani
Jajaran direksi PGN:
JAKARTA - Pos-pos strategis di badan usaha milik negara (BUMN) satu demi satu ditempati para pendukung Joko Widodo di pemilu presiden lalu. Yang
- PT Pegadaian Resmi Jadi Bank Emas, Legislator: Langkah Positif
- Sambut Investasi Apple di Indonesia, Pemerintah Diimbau Perkuat 4 Hal Ini
- Kontribusi Koperasi Bisa Lebih Besar daripada BUMN atau Swasta
- Pertamina Hulu Rokan Catatkan Lifting Minyak 58 Juta Barel Sepanjang 2024
- Mowilex Raih Sertifikasi CarbonNeutral untuk Keenam Kalinya
- Awal Tahun, USD Hari Ini Masih Bertengger di Rp 16 Ribuan, Kapan Turun?