Ekonom UI: Tidak Selamanya Resesi Berujung Krisis Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Perekonomian Indonesia mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi di Kuartal II dan III 2020 negatif.
Pada Kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen, dan Kuartal III-2020 minus 3,49 persen.
Kendati demikian, belum tentu resesi akan berakhir pada krisis ekonomi.
Menurut ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi, resesi biasanya memang mendahului krisis ekonomi.
"Namun, tidak selamanya resesi itu pada akhirnya berujung krisis," kata Fithra dalam diskusi virtual "Efek Resesi di Tengah Pandemi", Sabtu (6/11).
Menurut dia, kondisi ekonomi sekarang berbeda dengan 1998.
Pada 1998, ujar Fithra, banyak sekali bobroknya. Dia menegaskan, saat itu perekonomian sangat rapuh karena sisi makro prudensial, penjagaan sektor moneter, kapasitas fiskal itu sangat-sangat terbatas.
Pada 1998 itu, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi
atau minus 13 persen.
Perekonomian Indonesia mengalami resesi teknis karena tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut, tetapi resesi belum tentu berujung krisis ekonomi.
- Kemendagri Tekankan Pentingnya Perbaikan Sistem Perizinan untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
- Menko Airlangga Yakinkan Investor Global: Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat
- Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh di Atas 5 Persen Sepanjang 2024
- Mendagri Tito: Daya Beli Masyarakat tidak Menurun, tetapi Meningkat
- Catatan Ketua MPR: Hilirisasi SDA Butuh Iklim Usaha Kondusif
- GEKRAFS Yakin Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 8 Persen di Pemerintahan Prabowo-Gibran