Ekonomi Afghanistan Hancur-Hancuran, Taliban Ogah Disalahkan
jpnn.com, DUBAI - Kelompok Taliban yang sudah hampir dua tahun berkuasa di Afghanistan terus menghadapi persoalan ekonomi.
Pemimpin senior Taliban Suhail Shaheen menyebut kesulitan ekonomi itu disebabkan sanksi dan minimnya pengakuan dari komunitas global.
Berbicara kepada jurnalis Katie Jensen yang memancu acara 'Frankly Speaking' di Arab News, Suhail mengatakan Taliban ketika mengambil alih kekuasaan di Kabul pada Agustus 2021 langsung mewarisi ekonomi yang buruk dan kemiskinan ekstrem.
“Kemiskinan yang kami alami hari ini diwariskan dari masa lalu, dari rezim selama 20 tahun terakhir dengan kehadiran pasukan asing di Afghanistan,” ujar Suhail.
Meski ada klaim soal keberadaan ‘kekuatan pendudukan’ itu menghabiskan biaya miliaran dolar, kata Suhail, faktanya uang tersebut mengalir ke kantong pribadi para panglima perang.
“Rakyat jelata terus hidup di bawah garis kemiskinan,” tutur juru bicara Taliban itu.
Situasi ekonomi Afghanistan pun makin buruk setelah Taliban berkuasa. Penyebabnya ialah banyak negara yang mejatuhkan sanksi ekonomi kepada negeri sarat konflik itu.
Oleh karena itu, Taliban tidak mau disalahkan atas ekonomi yang memburuk tersebut. Sebaliknya, Taliban menyalahkan Barat atas kondisi Afghanistan saat ini.
Kelompok Taliban yang sudah hampir dua tahun berkuasa di Afghanistan terus menghadapi persoalan ekonomi dan kemiskinan ekstrem..
- ICONZ ke-8 Bahas Peran Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem
- Resmi Hadir, Penabulu Shop Punya Visi Sosial Berkelanjutan
- Muzani Beber Tekad Presiden Prabowo Hapus Kemiskinan, Ada Kata Sungguh-Sungguh
- Pengelolaan Zakat BAZNAS Jadi Sorotan di Konferensi ZATCA Riyadh
- Pemerintah Memperkuat Komitmen untuk Pencapaian Target SDGs
- Bobby Gafur: Pengentasan Kemiskinan Jadi Isu Utama Rapimnas Kadin 2024