Ekonomi Gawat, Menkeu Harus Nekat
Kamis, 18 Maret 2010 – 14:38 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto : Bloomberg
"Mengambil kebijakan saat menghadapi krisis itu tidak semudah yang dikatakan. Apapun kebijakan pemerintah akan berdampak pada masyarakat. Saat APBN banyak negara sudah berdarah-darah, Indonesia dapat tetap stabil. Pertumbuhan ekonomi kita tahun 2009 mampu 4,5 persen. Apakah itu suatu prestasi? Jelas itu prestasi. Tapi tak mungkin saya yang menyebutkannya, sama saja artinya menggarami air laut," kata Sri.
Baca Juga:
Indonesia, kata Sri, telah berhasil selamat dari badai krisis. Baik ditahun 1997 ataupun 2008. "Kalau sekarang ada yang bertanya, apakah kita mampu bertahan ke depan? Saya rasa tidak perlu ditanyakan lagi. Karena selama ini kita sudah berhasil melalui masa-masa yang sulit. Perekonomian kita akan semakin baik. Tahun 2010 merupakan tahun momentum bagi pemerintah dan Indonesia untuk menjaga pertumbuhan ekonomi 5,5 persen," katanya.
Dikatakan pula oleh mantan Direktur IMF untuk Kawasan Asia-Pasifik itu, Indonesia harus waspada pada kuartal kedua 2010. Karena beberapa negara saat ini sudah mulai bersiap-siap menghadapi krisis dampak dari kondisi ekonomi secara global. "Amerika APBN-nya sudah berdarah-darah. Krisis bisa saja terjadi kapan saja dan kita harus tetap waspada. Meski saya yakinkan, bahwa tahun 2010 kita sudah lebih baik dari sebelumnya," kata Sri.(afz/jpnn)
JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, negara manapun di dunia ini pasti pernah mengalami krisis keuangan. Saat menghadapi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Dirut Bank DKI Jamin Dana Nasabah Aman dan Non-tunai KJP Plus Tetap Lancar
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 April 2025, UBS dan Galeri24 Sama Saja
- Transaksi Tabungan Emas Pegadaian Diproyeksikan Naik 10 Kali Lipat pada Akhir April
- 165.466 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek saat Libur Panjang
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM
- Pemda Diminta Jadi Motor Investasi dan Pemerataan Ekonomi