Ekonomi Global Tegang, Harga Minyak Dunia Anjlok
Lockdown massal COVID-19 di China menebar kekhawatiran akan potensi penguncian yang mengancam akan memperdalam pengurangan konsumsi minyak.
Shanghai mengatakan akan memulai putaran baru pengujian massal terhadap 25 juta penduduknya selama periode tiga hari, mengutip upaya untuk melacak infeksi yang terkait dengan wabah di sebuah bar karaoke.
"Kami melihat beberapa likuidasi panik. Banyak kegugupan," kata Wakil Presiden Senior untuk perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler.
Kissler juga melihat ada kekhawatiran bahwa permintaan musim mengemudi musim panas AS akan turun setelah liburan 4 Juli juga tampaknya membebani pasar.
Dow Jones Industrial Average tergelincir sekitar satu persen, sementara Indeks S&P 500 turun kurang dari satu persen.
Harga gas alam AS jatuh 4,7 persen, minyak pemanas turun sekitar 8,0 persen dan bensin untuk pengiriman di New York Harbor anjlok 10,5 persen.
Presiden Konsultan Lipow Oil Associates, Andy Lipow menyebut jika resesi ekonomi global benar-benar melanda, maka permintaan energi akan berkurang secara signifikan.
"Pasar komoditas bisa sangat tak kenal ampun ketika mengalami resesi dan pasokan melebihi permintaan," kata Lipow.
Harga minyak anjlok sekitar sembilan persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
- Resmi Hadir, Penabulu Shop Punya Visi Sosial Berkelanjutan
- Pelindo Dorong Sekolah Ramah Lingkungan lewat Program Adiwiyata
- Top 20 Finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2024 Siap Uji Karya di Tahap Akhir
- Masuki Tahun 2025, Grant Thornton Indonesia Bagikan Tip Jitu Kelola Keuangan
- Ternyata Daging hingga Listrik Kena PPN 12 Persen, Begini Kriterianya
- Tarif PPN Resmi jadi 12 Persen, Sri Mulyani: Masih Relatif Rendah