Ekonomi Indonesia Disebut ‘Lampu Kuning’

Ekonomi Indonesia Disebut ‘Lampu Kuning’
Ekonomi Indonesia Disebut ‘Lampu Kuning’
“Pertanyaannya, kemana saja pemerintah selama ini? Mengapa tidak melakukan langkah-langkah antisipatif ketika dua tahun lalu tampak tanda-tanda peningkatan defisit? Saya prihatin, SBY dan para menteri sibuk kampanye dan memoles citra, sehingga lupa dengan tanggung jawab utamanya. Sekali lagi saya mau tanya, apa yang telah dan akan dilakukan untuk mengurangi peningkatan quatro defisit tersebut (Neraca Perdagangan, Current Accounts, Neraca Pembayaran, dan Defisit Fiskal)? Tolong jelaskan kepada rakyat yang beban hidupnya makin hari makin berat saja,” desak Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid.

Akibat berbagai indikator fundamental makro yang merosot tersebut, membuat tekanan terhadap Rupiah semakin besar. Padahal, bulan lalu Bank Indonesia (BI) tiap hari menggelontorkan tidak kurang US$200 juta ke pasar untuk menopang rupiah. Namun, sepanjang fundamental ekonomi tidak dibenahi, langkah itu tidak akan membawa hasil yang optimal, imbuhnya.

Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) itu melihat sebetulnya masih ada harapan Indonesia keluar dari ‘lampu kuning’ ini. Caranya, antara lain dengan memanfaatkan momentum kembali terpilihnya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe untuk kedua kalinya.

Lewat Abenomics-nya, Abe berusaha menggenjot ekonomi Jepang dengan mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter yang agresif.

JAKARTA - Kenaikan harga yang bertubi-tubi, membuat ekonomi mayoritas keluarga Indonesia memasuki ‘lampu kuning’. Tragedi ini juga terjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News