Ekonomi Indonesia Sudah Lampu Kuning Menjelang Merah Gegara Wabah
Namun, Dradjad juga mengkritik jurus pemerintah mencari pendanaan melalui utang. “Ini bukan tentang zero debt, tetapi sekarang ini utangnya kegedean, kemahalan dan enggak produktif,” katanya.
Oleh karena itu Dradjad mendorong pemerintah memaksimalkan sumber-sumber penerimaan. Salah satunya adalah melalui pajak maupun nonpajak.
Bagaimana dengan ide soal cetak uang atau quantitative easing (QE) yang belakangan bergulir? Dradjad justru mengkhawatirkan ide itu.
Mantan legislator Partai Amanat Nasional (PAN) di Komisi Keuangan dan Perbankan itu menjelaskan, saat ini rupiah tak begitu digdaya. Selain itu, mekanisme check and balances di Indonesia juga belum bagus sehingga kebijakan QE melalui cetak uang berpotensi diselewengkan penguasa.
Namun, Dradjad mengaku tak anti terhadap ide tersebut. Hanya, dia mewanti-wanti agar kebijakan itu menjadi pilihan terakhir.
“QE sebagai last resort, kejar dahulu sumber-sumber penerimaan yang masih ada,” katanya.
Lebih lanjut Dradjad mengatakan, banyak pihak menentang QE. Walakin, bisa saja opsi itu diambil jika kondisi perekonomian nasional sudah benar-benar berat.
“Ibaratnya kalau sudah hampir mati, pakai yang haram pun jadi halal,” tegasnya.(ara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Ekonom INDEF Dradjad H Wibowo mengingatkan pemerintah benar-benar memprioritaskan penanganan pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19).
Redaktur & Reporter : Antoni
- Airlangga Sampaikan Inflasi Sepanjang 2024 Terjaga, Target Tercapai
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Lewat Inpres, Prabowo Desak Kementerian & Pemda Hemat Anggaran Rp 306 Triliun
- Sabet Penghargaan, BNI jadi Bank Operasional Terbaik Pengelola Kas Negara
- Prabowo Minta Jajarannya Hemat Anggaran hingga Rp 306,69 Triliun
- Pembangunan IKN Kembali Dilanjutkan, Anggaranya Sangat Wow