Ekonomi Indonesia Terlalu Cepat Dibuka, Bantuan untuk Warga Juga Terkendala
Obed Humutur, seorang musisi kafe di Jakarta terpaksa menjual keyboard miliknya.
Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibukota diterapkan ia nyaris tak pernah lagi manggung, padahal ini adalah mata pencaharian utamanya.
"Saya kecewa karena kita tidak bisa mendapat penghasilan, kita tidak melakukan apa-apa sudah enam bulan dan tak ada cukup bantuan," ujarnya kepada ABC Indonesia.
Obed mengatakan satu-satunya bantuan yang ia terima adalah bantuan sosial berupa satu buah paket berisi beras, ikan sardin kalengan, mie instan, dan biskuit setiap bulannya.
Photo: Obed Humutur berharap pemerintah Indonesia lebih memberikan bantuan yang cukup kepada mereka yang bekerja di sektor informil. (Koleksi pribadi)"Tentunya ini tidak akan menolong kita untuk membayar uang sewa kontrakan," kata Obed yang tinggal di rumah susun Bidara Cina, Jakarta Timur.
Obed adalah satu dari jutaan warga Indonesia yang tidak lagi dapat bekerja di tengah pandemi COVID-19, terutama mereka yang bekerja di sektor informal atau yang menggantungkan penghasilan dari kerja harian.
Pekan ini Jakarta kembali memberlakukan PSBB, setelah Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk "menarik rem darurat" setelah melihat perkembangan kondisi COVID-19 saat ini di Jakarta.
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah dahulukan kesehatan ketimbang ekonomi
- Pakar Apresiasi Andi Sudirman yang Berhasil Tangani 500 Kilometer Jalan di Sulsel
- Pertamina Eco RunFest 2024 Beri Dampak Positif, Mulai Lingkungan hingga Ekonomi
- Kunjungi Desa Tertinggal di Serang, Mendes PDT Yandri Susanto Mengaku Miris
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS