Ekonomi Indonesia Terlalu Cepat Dibuka, Bantuan untuk Warga Juga Terkendala
Sebaliknya, ada pula sejumlah kalangan yang memperingatkan agar Indonesia tidak terburu-buru membuka aktivitas dan kegiatan ekonomi jika pemerintah belum dapat mengontrol angka penularan.
Photo: Gubernur Anies Baswedan mengatakan pembatasan sosial kembali diberlakukan untuk menghindari rumah sakit dan sistem kesehatan melebihi kapasitasnya. (Twitter: @aniesbaswedan)
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andri Satrio Nugroho mengatakan kesehatan warga dan ekonomi sebenarnya bisa berdampingan jika sudah ada penurunan angka penularan.
"Ketika keran ekonomi dibuka telalu cepat, tapi penanganan belum tuntas, maka muncul sejumlah outbreak [wabah penularan] di perkantoran atau industri, seperti yang kita lihat di Jakarta," jelas Andri kepada ABC Indonesia.
"Akhirnya mereka harus menutup aktivitasnya sendiri dan akan membuat laju ekonomi terhambat."
Tidak hanya itu, semakin tinggi penularan maka akan membuat warga semakin takut dan akan berdampak pada konsumsi massa.
"Sementara perekonomian Indonesia ini ditopang paling besar dari konsumsinya, kalau konsumsinya terpengaruh, maka akan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya."
Dr Windhu menilai kalangan pengusaha perlu "mengencangkan ikat pinggang" dengan menghentikan aktivitas demi menekan penularan sehingga roda perekonomian bisa kembali berputar dengan segera.
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah dahulukan kesehatan ketimbang ekonomi
- Saham TLKM Anjlok, Telkom Butuh Penyegaran & Strategi Baru
- Pakar Apresiasi Andi Sudirman yang Berhasil Tangani 500 Kilometer Jalan di Sulsel
- Pertamina Eco RunFest 2024 Beri Dampak Positif, Mulai Lingkungan hingga Ekonomi
- Kunjungi Desa Tertinggal di Serang, Mendes PDT Yandri Susanto Mengaku Miris
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru