Eks Dubes Australia untuk Indonesia Desak Pemerintahnya Genjot Bantuan untuk Asia Tenggara

Eks Dubes Australia untuk Indonesia Desak Pemerintahnya Genjot Bantuan untuk Asia Tenggara
Gary Quinlan menilai Australia sangat lambat merespon krisis COVID-19 yang terjadi di Indonesia. ((Foto: dok. PBB))

"Tiongkok menjadi negara pertama yang datang, memberikan dukungan berupa masker, fasilitas oksigen dan lainnya pada tahap awal dan selanjutnya, tentu saja, memberikan vaksin," ucap Quinlan.

Indonesia memesan 125 juta dosis vaksin Sinovac buatan Tiongkok dan sejauh ini sangat bergantung dengan vaksin ini untuk program vaksinasi nasionalnya.

Negara ini masih bergelut dengan wabah dari strain Delta, yang telah merenggut nyawa banyak tenaga medis bahkan setelah divaksin Sinovac.

Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perlindungan yang diberikan oleh vaksin Sinovac menurun lebih cepat dibandingkan dengan vaksin lain termasuk Pfizer.

Belanja vaksin dan militer ditingkatkan

Quinlan mengatakan akan "sangat menarik" untuk melihat apakah ketidakpastian soal efektivitas Sinovac akan "berdampak pada keandalan merek Tiongkok" di Indonesia.

"Vaksin ini jelas tidak membuktikan - bila melihat keadaan Indonesia sekarang sebagai pusat penyebaran COVID, dengan penularan komunitas yang tinggi. Vaksin itu tidak terbukti seefektif yang dibutuhkan," katanya.

"Dan vaksin lainnya kini masuk. Kita memiliki program bantuan vaksin yang besar, menurut saya kita perlu berbuat lebih banyak lagi," ujarnya.

"AS memberikan lebih banyak bantuan, dan negara lainnya, tentu saja Jepang. Jadi, ini akan menunjukkan siapa yang bisa diandalkan," tambah Quinlan.

Diplomat senior sekaligus mantan Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan, mengecam pemerintahnya yang telah memotong jumlah bantuan luar negeri untuk negara-negara Asia Tenggara

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News