Eks Manajer Jadi Whistleblower, Praktik Kotor Facebook Terungkap
Sebelumnya, Facebook memanen kecaman setelah munculnya Wall Street Journal menayangkan reportase hasil investigasi tentang presentasi dan email internal perusahaan teknologi yang berbasis di Menlo Park, California, itu.
Investigasi itu memperlihatkan Facebook berkontribusi pada pembelahan masyarakat ketika melakukan perubahan pada algoritma kontennya, gagal mengurangi keraguan terhadap vaksin, dan mengabaikan bahaya Instagram pada mental para gadis.
Menurut Haugen, Facebook juga digunakan untuk mengatur kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 setelah perusahaan pimpinan Mark Zuckerberg itu mematikan sistem keamanannya pasca-pemilihan presiden AS.
Menurut Haugen, kuasa hukumnya telah mendaftarkan setidaknya delapan gugatan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat atau US Securities and Exchange Commission (SEC).
"Saya telah melihat banyak media sosial, dan di Facebook secara substansi lebih buruk daripada yang saya lihat sebelumnya," katanya.
Pihak Facebook pun melalui juru bicaranya, Lena Pietsch, membantah tudingan-tudingan yang dilontarkan Haugen.
"Kami terus melakukan perbaikan signifikan guna meengatasi penyebaran misinformasi dan konten berbahaya," katanya.
Lena juga menepis tuduhan yang menyebut Facebook mendorong konten buruk dan tak melakukan apa-apa. "Itu tidak benar," ujarnya.(Reuters/jpnn)
Perusahaan penyedia layanan media sosial Facebook tengah tersudut oleh pengakuan mantan pegawainya, Frances Haugen.
Redaktur & Reporter : Antoni
- Tingkatkan Kinerja Aplikasi, Google Translate Hadirkan Sticky Translation Mode
- Aplikasi dan Gim Buatan Anak Bangsa Masuk Daftar Terbaik 2024 Versi Google Play
- Herco Digital Peraih TOP 3% Digital Agency Indonesia, Jasa Website Bisnis Terbaik
- Begini Modus Sindikat Jual Beli Bayi Lewat Facebook
- Google Menguji Coba Fitur Email Sementara di Gmail, Ini Manfaatnya
- Google Vids Kini Dapat Dukungan AI Gemini