Eks Menkes Soroti Peran Guru BK di Sekolah terhadap Kesehatan Mental Siswa
jpnn.com, JAKARTA - Temuan penelitian Health Collaborative Center (HCC) dan Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) bersama Yayasan BUMN menunjukkan, 7 dari 10 pelajar SMA di Jakarta tidak ingin mengunjungi guru Bimbingan Konseling (BK) untuk melakukan konsultasi kesehatan mental.
Para pelajar SMA di Jakarta cenderung memilih teman sebaya sebagai tempat berkonsultasi, daripada guru di sekolah.
Data ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan siswa dan layanan yang tersedia di sekolah.
Menteri Kesehatan 2014-2019, Prof. Nila F. Moeloek mengungkapkan berkonsultasi dengan teman sebaya dapat memiliki manfaat.
Namun, upaya mitigasi konseling yang tepat tetap diperlukan bimbingan dari orang dewasa.
"Ada kemungkinan potensi saran tidak akurat. Oleh karena itu, mereka tetap harus dibimbing. Ini juga tugas orangtua, keluarga, serta guru di sekolah," kata Nila saat ditemui di kawasan Han Lekir, baru-baru ini.
Temuan tersebut pun menyoroti pentingnya peran guru BK di sekolah dalam mendukung kesehatan mental siswa.
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi bagi institusi pendidikan melalui program bernama Zona Mendengar Jiwa.
Pentingnya peran guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dalam mendukung kesehatan mental pelajar.
- 34 Persen Pelajar SMA di Jakarta Terindikasi Gangguan Mental Emosional
- Guru Honorer Ini Sungguh Bejat, Cabuli Siswa Sendiri di Ruang BK
- Sejumlah Faktor yang Perlu Diketahui Guru BK soal Siswa SMA
- Anies Mengingatkan Peran Guru Bisa Digantikan Teknologi
- Akibat Covid-19, Penanggulangan TBC di Indonesia Terhambat
- Promosikan Bahasa Indonesia di Asia Tenggara, SEAQIL Perkuat Peran Guru