Eksistensi Perfilman Bhutan di Tengah Keterbatasan

Setahun 15 Film, Butuh Setahun untuk Promo Keliling Negeri

Eksistensi Perfilman Bhutan di Tengah Keterbatasan
Eksistensi Perfilman Bhutan di Tengah Keterbatasan

Film menjadi sesuatu yang amat sulit dilakukan maupun dinikmati di Bhutan. Karena tidak ada bioskop resmi, sutradara harus datang ke desa-desa agar hasil karya mereka bisa dinikmati para pencinta film.

 

Staf sutradara terkenal Bhutan Tsherng Wangyel sedang mengepak proyektor, tiket, layar, dan tenda ke dalam mobil. Mereka berencana keliling Bhutan selama beberapa bulan. Itu dilakukan bukan untuk promo film, melainkan memutar film mereka dan mendapatkan penghasilan dari sana. 'Biasanya, kami butuh waktu setahun untuk memutar film keliling Bhutan. Dulu saya melakukannya sendiri. Tapi, sekarang saya hanya mengirim staf,' terang Wangyel.

 

Di Bhutan jangan membayangkan artis yang serba glamor dan bergelimang uang. Para artis, staf, dan sutradara harus bekerja setiap hari jika ingin mengais rezeki di negara yang berbentuk kerajaan konstitusional itu. Sebab, di Bhutan industri perfilman belum mendapatkan tempat. Tidak ada bioskop yang memutar film di berbagai pelosok negara. Bioskop hanya berada di tengah kota. Itu pun hanya satu.

 

Biasanya, setelah film selesai dibuat, seluruh staf harus keliling dari desa ke desa untuk memutar film. Gedung sekolah bahkan rumah warga yang tidak dipakai bisa menjadi bioskop layar tancap dadakan. Jika itu tidak ada, biasanya mereka menggunakan tenda. Saat pemutaran seperti itu, staf pembuat film beralih tugas menjadi penjual tiket bioskop, pemutar film di proyektor, serta penata kursi untuk penonton.

 

Film menjadi sesuatu yang amat sulit dilakukan maupun dinikmati di Bhutan. Karena tidak ada bioskop resmi, sutradara harus datang ke desa-desa agar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News