Ekspor Berangsur Pulih, Surplus Dagang Berlanjut
”Ada tren kenaikan tipis sejak Januari meski turun tajam pada Juli yang lebih karena faktor musim. Tapi, ini trennya naik terus,” katanya di kantornya kemarin.
Terkait komoditas ekspor yang nilainya mengalami kenaikan adalah ekspor crude palm oil (CPO) beserta turunannya, kemudian bahan bakar mineral yang didominasi batu bara.
Selain itu, terjadi kenaikan ekspor pada perhiasan.
”Kenaikan CPO terutama didorong kenaikan volume. Padahal, harga sedikit turun. Kalau bahan mineral, itu didorong dua-duanya, volume dan harga. Volume perhiasan permata juga naik,” terang Sasmito.
Untuk pangsa pasar ekspor nonmigas, kata Sasmito, selama Januari–November, nilai terbesar adalah ke negara Amerika Serikat (AS) sebesar USD 14,22 miliar atau 11,97 persen dari jumlah total.
Kemudian, yang berikutnya adalah RRT dengan nilai ekspor USD 13,23 miliar atau 11,14 persen.
Setelah itu disusul Jepang dengan nilai ekspor USD 11,97 miliar atau 10,08 persen dari total ekspor.
Bukan hanya ekspor, Sasmito melanjutkan, kinerja impor di bulan November juga mulai menunjukkan perkembangan ke arah positif.
JAKARTA – Badan pusat statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus hingga USD 840 juta pada November 2016. Nilai
- Bea Cukai Teluk Bayur Bantu UMKM Manfaatkan Peluang Ekspor Lewat Program Ini
- UMKM Stable Shoescare Perkuat Posisi di Industri Perawatan Fesyen Item
- Bank Indonesia dibimbing.id Kolaborasi Melatih 300 Mahasiwa Mahir Digital Marketing
- Harga Emas Antam Hari Ini 26 November Merosot, Berikut Daftarnya
- Sempat Turun, Saham Telkom Diprediksi Memiliki Prospek Bagus
- Seusai Minyak Goreng, Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Naik