Ekspor Coconut Charcoal Melonjak di Tengah Pendemi Corona

Ekspor Coconut Charcoal Melonjak di Tengah Pendemi Corona
Kegiatan ekspor coconut charcoal. Foto dok Kementan

“Bahan baku terus dikirim dengan jumlah 2-3 truk per hari untuk memenuhi order ekspor beberapa bulan ke depan. Sejauh ini volume ekspor mencapai 500 ton/bulan dan akan ditingkatkan menjadi 1.000 ton/ bulan”, katanya.

Selanjutnya, diketahui dari Asep Jembar, bahwa pada 6 April 2020 dilakukan stuffing container ekspor ke Belgia dengan volume 18 ton, pada 7 April 2020 dilakukan stuffing untuk pasar ekspor Irak dan sejumlah negara di Eropa dengan volume sebesar 45 ton, sedangkan pada 8 April 2020 dilakukan stuffing container ekspor ke Valencia, Spanyol sebesar 18 ton.

“Kebutuhan arang kelapa atau briket sangat prospektif dan berpotensi dilakukannya perluasan pasar, karena sampai saat ini produk briket dunia terutama BBQ masih dikuasai arang kayu, dan negara-negara maju yang merupakan konsumen terbesar akan produk ini sadar betul berapa besar kerusakan hutan atau pohon-pohon yang ditebang untuk keperluan arang briket. Sehingga kedepan, potensi Coconut Charcoal ini dapat menjadi produk substitusi dari arang kayu yang dimana tidak merusak alam dan aman lingkungan,” kata Kasdi.

Kasdi menyatakan bahwa perlunya memperluas akses pasar untuk ekspor arang kelapa dan produk turunan kelapa lainnya dengan nilai tambah yang tinggi tetapi belum banyak di kembangkan di Indonesia seperti VCO, Dessicated Coconut, sabut kelapa, Asap cair, isotonic water, CCO dan minyak goreng kelapa karena selama ini Indonesia lebih banyak mengekspor mentah atau setengah jadi seperti kopra, kemudian proses nilai tambah.(ILK/JPNN)

Coconut charcoal banyak dimanfaatkan selain untuk bahan obat dan farmasi, juga digunakan sebagai bahan bakar shisha/hookah atau rokok arab di Kawasan timur tengah.


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News