Ekspor Produk Kayu-Rotan Rp 3,5 T
Jumat, 18 Juli 2008 – 10:40 WIB
JAKARTA - Ekspor produk dari kayu dan rotan pada semester pertama tahun ini meningkat 9,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tahun lalu, ekspor mebel sebesar USD 346,8 juta (Rp 3,19 triliun), menjadi USD 380,7 juta. (Rp3,50 triliun). Menurut Ketua Asosiasi Mebel Indonesia, Ambar Tjahyono, total nilai ekspor produk kayu dan rotan tahun ini diperkirakan mencapai USD 2,6 miliar. Terdiri dari mebel sekitar USD 2 miliar dan USD 600 juta untuk kerajinan. Untuk mendukung kenaikan ekspor tersebut, pemerintah diminta memberikan dukungan agar pengusaha tidak kesulitan pasokan bahan baku. “Selama ini para pengrajin kesulitan bahan baku, khususnya rotan. Kualitas baik sulit dicari,” ujarnya. Menurut Ambar, sejak tahun lalu para pembeli dari luar negeri sudah mulai menyerbu produk rotan dan kayu asal Indonesia. Itu terlihat dalam penyelenggaraan International Furniture and Craft Indonesia (IFFINA) tahun 2007. Pada saat itu, pameran yang dihadiri 1.500 pembeli asing tersebut mampu meraup omset USD 200 juta. “Itu di luar perkiraan kita. Awalnya kita takut nggak ada pembeli. Tapi justru sebaliknya,” ungkapnya.
Di sisi lain, dia melihat kenaikan harga minyak dunia akan turut mengerek harga produk turunannya, yaitu plastik. Akibatnya, permintaan furniture dari kayu dan rotan di dunia akan terus meningkat. Bahkan diprediksi, produk furniture kayu dan rotan akan kembali menggeser dominasi produk plastik. “Pergeseran permintaan dari furniture plastik ke kayu atau rotan sudah terjadi di Tiongkok. Fenomena itu juga terjadi di Vietnam,” tukasnya.
Baca Juga:
Ia menuturkan, selama ini industri furnitur dalam negeri sangat mengandalkan pasokan bahan baku alam berupa kayu dan rotan. Sementara, pasokan bahan baku yang ada di dunia terus menurun, termasuk di Indonesia yang merupakan pemasok 80 persen kayu dunia. Namun begitu, menurut dia, kekuatan bahan baku tidak lagi menjadi acuan. “Sertifikasi produk yang pro lingkungan dan kekuatan desain yang bagus lebih dibutuhkan,” tegasnya.
Menteri Perindustrian, Fahmi Idris mengatakan, semakin menyusutnya bahan baku kayu dan rotan membuat industri harus kreatif dalam menciptakan produk. Untuk itu, kekuatan desain menjadi salah satu hal penting yang harus digali industri furniture di dalam negeri. “Kayu sudah menjadi barang langka, termasuk rotan. Kombinasi bahan baku disertai desain yang kuat akan jadi kuncinya,” tambahnya.
Atas dasar itulah, lanjut Fahmi, pemerintah memperluas pengembangan sentra-sentra industri furnitur berbasis kayu dan rotan, di sentra produsen penghasil bahan baku , seperti di Sulawesi Tengah (Sulteng), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebab selama ini sentra industri furniture kayu dan rotan hanya ada di beberapa daerah saja. “Jangan fokus di Cirebon dan Jawa Timur saja. Kalau bisa merata akan semakin baik,” jelasnya. (wir)
JAKARTA - Ekspor produk dari kayu dan rotan pada semester pertama tahun ini meningkat 9,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tahun
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Startup Ini Catat Pertumbuhan Positif di Kuartal III 2024
- PNM Peduli Kirim Bantuan Air Minum untuk Atasi Kekeringan di Gili Ketapang
- Asia School of Business Siap Cetak Calon Pemimpin Bisnis Indonesia
- Airlangga & Delegasi Canada-ASEAN CABC Sepakat Perkuat Kerja Sama Ekonomi
- Pimpin Integrasi Jaringan ATM Terbesar di RI, Dirut Jalin Masuk Top 100 CEO Nasional 2024
- Menko Airlangga Dukung Penguatan Kerja Sama Ekonomi RI-Kanada di Berbagai Sektor Prioritas