Ekspor Rotan Dilarang, Petani Menjerit
Selasa, 01 November 2011 – 09:18 WIB
Dikatakannya, 60 persen masyarakat Kotim yang tinggal di pedalaman menggantungkan hidup mereka dari hasil rotan dan menoreh karet. Jika kebijakan ini tetap diberlakukan, ribuan warga masyarakat akan kehilangan pekerjaan, mulai dari petani, pengumpul, hingga para pekerja rotan.
Baca Juga:
Menurutnya, pihaknya akan menempuh berbagai upaya agar diberikan solusi untuk mengatasi persoalan ini, termasuk meminta bantuan pemkab dan DPRD Kotim untuk menyuarakannya kepada pemerintah pusat.
Menurut Dahlan, rencananya hari ini mereka akan menggelar unjuk rasa di depan kantor bupati dan DPRD Kotim.
“Kita sudah meminta izin dari Polres Kotim untuk menggelar aksi unjuk rasa dan diberikan waktu pada hari Selasa (hari ini, Red.). Rencananya aksi unjuk rasa ini akan diikuti sekitar 500 petani, pengumpul, dan pekerja rotan di Kotim. Awalnya kita mengajukan akan diikuti 1.000 orang, namun yang diizinkan hanya 500,” terang Dahlan.
Menurut Dahlan, unjuk rasa akan dimulai sekitar pukul 07.00 setelah massa dari Kotabesi tiba. Mereka akan langsung menuju kantor bupati dan DPRD Kotim. Aksi tersebut akan berakhir sekitar pukul 12.00. “Kita ingin kebijakan penutupan keran ekspor rotan mentah ini ditinjau ulang karena sangat merugikan petani, pengumpul, dan pekerja rotan di Kotim,” terangnya.
SAMPIT--Walaupun larangan ekspor rotan yang disepakati Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian baru mulai diberlakukan Selasa (1/11) hari ini,
BERITA TERKAIT
- Beragam Produk Properti Berkualitas Hadir di Pameran Summarecon Expo 2024
- Rembuk Tani jadi Cara Pupuk Indonesia Penuhi Kebutuhan Petani Sragen
- Harga Minyakita Tak Naik di Semua Daerah, Ah Masa?
- Dukung Industri dalam Negeri, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas PLB ke Perusahaan Ini
- Gandeng LAPI ITB, Pertamina Patra Niaga Gerak Cepat Investigasi Kualitas Pertamax
- Mendag Klaim Harga Minyakita Bakal Turun Pekan Ini