Elektabilitas Turun, Golkar Dinilai Masih Bekerja Setengah Hati

Elektabilitas Turun, Golkar Dinilai Masih Bekerja Setengah Hati
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo saat menghadiri perayaan HUT ke-58 Partai Golkar di Jakarta, Jumat (21/10/2020). Foto: Dok.Partai Golkar

Selain itu, Puput menilai ada faktor konteks yang lebih luas yakni seusai Pemilu 2019.

Pertama, Golkar cenderung tidak menunjukkan sikap membersamai kebijakan-kebijakan pro-publik.

Posisinya sebagai bagian dari koalisi pemerintah di satu sisi membuat Golkar menjadi lebih terkontrol dalam merespon persoalan publik dan tidak kritis terhadap kebijakan pemerintah, bahkan termasuk yang kontroversial di kalangan publik.

"Misalnya, pada isu omnibus law, Golkar menjadi salah satu yg paling vokal mendukungnya meski menjadi kontroversi di ruang publik," ujar Aisah Putri yang akrab disapa Puput itu.

Kedua, menurut Puput, sosok elite Golkar yang berada di pemerintah dan parlemen tampak belum berhasil menonjolkan program unggulan mereka yang pro-publik.

"Kebanyakan pemberitaan terkait dengan elite-elite Golkar ada pada respons mereka terhadap kebijakan pemerintah atau terkait koalisi menuju pilpres, tetapi bukan prestasi mereka dalam posisi jabatan publik masing-masing elite. Kalaupun mungkin ada, nampak tidak menonjol dan tenggelam dalam diskusi publik," kata Puput.

Bekerja Nyata

Politikus Partai Golkar Melkiades Laka Lena mengatakan mesin Golkar bekerja nyata di masyarakat di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto.

Elektabilitas Golkar dinilai turun karena mesin partai masih bekerja setengah hati. Faksi-faksi internal partai belum solid mengusung Airlangga sebagai Capres.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News