Elite Syiah Berjaya di Pemilu Irak
jpnn.com, BAGHDAD - Warga Irak melakukan pencoblosan pada Minggu untuk memilih anggota parlemen.
Pemilu digelar beberapa bulan lebih awal berdasarkan undang-undang baru yang dirancang untuk membantu calon independen dan sebagai respons atas gelombang protes antipemerintah dua tahun lalu.
Kelompok elite Syiah yang berkuasa dan bersenjata diperkirakan akan menyapu bersih suara.
Hasil pemilu akan mengubah secara dramatis keseimbangan kekuasaan di Irak atau bahkan Timur Tengah, kata pejabat Irak, diplomat asing dan analis.
Amerika Serikat, negara-negara Teluk Arab dan Israel di satu sisi dan Iran di sisi lain berebut pengaruh di Irak yang telah memberi jalan bagi Teheran untuk mendukung milisi yang menjadi sekutu mereka di Suriah dan Lebanon.
Sedikitnya 167 partai dan lebih dari 3.200 calon bersaing memperebutkan 329 kursi di parlemen Irak, menurut komisi pemilihan setempat.
Pemilu Irak sering diikuti dengan negosiasi yang berlarut-larut tentang posisi presiden, perdana menteri dan kabinet selama berbulan-bulan.
Sebagai bagian dari perjanjian dengan pemerintah Irak, pemerintah AS tengah menarik pasukan tempur mereka dari negara itu meski sekitar 2.500 tentara non-tempur masih ditugaskan, menurut pejabat AS.
Blok Syiah terbesar dalam pemilu legislatif kelima Irak sejak 2003 itu adalah koalisi yang dipimpin Sadr dan koalisi partai-partai dukungan Iran yang bersenjata.
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Vietnam Menutup Perjuangan dengan Kekalahan
- Timnas Indonesia Kalah, STY: Saya Tak Akan Ajak Dia Bicara Beberapa Hari ke Depan
- Soal Kans Timnas Indonesia ke Fase Ketiga, Pelatih Irak Berkomentar Begini
- Masih Pantaskah Jordi Amat Membela Timnas Indonesia?
- Bermain 10 Orang, Timnas Indonesia Kalah dari Irak
- Timnas Indonesia vs Irak: Garuda Bertekuk Lutut, Ada Kartu Merah dan 2 Penalti