Elite Syiah Berjaya di Pemilu Irak
Para demonstran mendapat tindakan balasan secara brutal dari militer dan kelompok milisi yang membunuh sekitar 600 orang dalam beberapa bulan.
Para pejabat mengatakan undang-undang pemilu yang baru --sesuai tuntutan demonstran-- akan membantu calon independen yang proreformasi, namun tetap akan bergantung pada perolehan suara.
Banyak warga Irak mengatakan mereka akan memboikot pemilu tersebut.
Mereka menganggap sistem demokrasi yang dibawa oleh AS merusak dan hanya melayani segelintir partai politik yang menguasai Irak sejak invasi AS pada 2003.
Invasi itu menyingkirkan Saddam Hussein yang beraliran Sunni dan membuat kekuasaan beralih ke tangan mayoritas Syiah dan suku Kurdi yang ditindas oleh pemerintahan Saddam.
Peristiwa itu juga membebaskan Irak dari kekerasan etnis yang brutal selama bertahun-tahun, termasuk perebutan sepertiga wilayah negara itu oleh kelompok ISIS pada 2014-2017.
Blok Syiah terbesar dalam pemilu legislatif kelima sejak 2003 itu adalah koalisi yang dipimpin Sadr dan koalisi partai-partai dukungan Iran yang bersenjata.
Kurdi memiliki dua partai utama yang menguasai daerah otonomi Kurdistan di Irak dan kelompok Sunni saat mempunyai dua koalisi utama.
Blok Syiah terbesar dalam pemilu legislatif kelima Irak sejak 2003 itu adalah koalisi yang dipimpin Sadr dan koalisi partai-partai dukungan Iran yang bersenjata.
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Vietnam Menutup Perjuangan dengan Kekalahan
- Timnas Indonesia Kalah, STY: Saya Tak Akan Ajak Dia Bicara Beberapa Hari ke Depan
- Soal Kans Timnas Indonesia ke Fase Ketiga, Pelatih Irak Berkomentar Begini
- Masih Pantaskah Jordi Amat Membela Timnas Indonesia?
- Bermain 10 Orang, Timnas Indonesia Kalah dari Irak
- Timnas Indonesia vs Irak: Garuda Bertekuk Lutut, Ada Kartu Merah dan 2 Penalti