Elizabeth Kurniawan

Oleh: Dahlan Iskan

Elizabeth Kurniawan
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Nama laki-laki itu: Ramesh Balwani. Orang Pakistan berdarah India. Ia diajak orang tuanya pindah ke India, lalu ke Amerika Serikat.

Balwani kuliah komputer di Stanford University lalu mengambil MBA di University of California Berkeley, tidak jauh dari San Francisco.

Balwani sudah punya istri –beda bangsa, beda kulit, beda budaya: Keiko Fujimoto. Dia seorang seniman di California yang keturunan Jepang.

Tahun itu Balwani bertemu Elizabeth. Tahun itu Balwani menceraikan Keiko.

***
Elizabeth tidak takut laki-laki asing dari India. Dia hanya takut jarum suntik. Ketakutannyi itulah yang menjadi inspirasi untuk memulai bisnis. Sambil kuliah Elizabeth melahirkan ide ini: tes darah tanpa mengambil darah.

Lahirlah Theranos –singkatan dari therapy and diagnosis. Awalnya terpikir juga untuk memberi nama start-up itu Real Time Cures. Tapi kata ''cure'' dianggap terlalu umum: apanya yang dirawat. Kurang spesifik diagnose.

Dasar pikirannyi: kalau tekanan darah, detak jantung, gula darah bisa dites dengan alat yang simpel mengapa tes darah tidak bisa dibuat sederhana –dan murah. Pun sekarang ini tes serapan oksigen pun sudah begitu sederhananya: hanya dari ujung jari.

Dengan Theranos, setetes darah dari ujung jari cukup. Semua penyakit sudah bisa diketahui. Waktunya pun cepat: hanya 15 menit. Sakit apa pun langsung ketahuan. Biaya tes itu juga begitu murahnya: tidak sampai Rp 25.000.

Kurniawan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Minggu lalu dideportasi ke Jakarta. Elizabeth kini happy bersama suaminya, yang lebih muda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News