Elpiji DME

Oleh: Dahlan Iskan

Elpiji DME
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Biaya investasi itu mencapai USD 15 juta. Atau sekitar Rp 210 miliar. Yang penting, baginya, Pertamina mau tanda tangan: sebagai pembeli wajib DME yang dihasilkannya.

Hati saya pun full doa: semoga terealisasi. Bersejarah. Apalagi kalau secara bisnis juga sukses bagi Bukit Asam dan Pertamina.

Akan tetapi otak saya kok sangat khawatir: proyek ini layu sebelum berkembang.

Secara ekonomi harga DME baru bisa bersaing dengan elpiji dengan banyak syarat. Salah satunya: berapa harga batu bara yang diubah menjadi DME itu.

Saya pun menghubungi Prof Dr Unggul Priyanto. Ia sarjana kimia ITB, S2 di Inggris dan S3 di Jepang. Disertasinya tentang mengubah batu bara menjadi slurry. Yakni batu bara cair. Untuk bahan bakar genset.

Dr Unggul pernah hampir lima tahun menjadi ketua BPPT. Setelah pensiun pun masih jadi peneliti di BPPT –kini difusikan menjadi BRIN.

Kalkulasi Dr Unggul membuat saya harus lebih memperbesar porsi doa. Sekarang ini harga batu bara luar biasa tinggi. Yang Gar-5000 sudah di sekitar USD 100/ton. Padahal agar DME baru bisa bersaing dengan elpiji manakala harga batu bara gar-5000 hanya USD 40/ton.

Apakah Bukit Asam rela batu bara seharga USD 100 itu dijual ke proyek DME hanya USD 40.

Proyek DME akan dibangun di Enim, Sumsel. Di tengah tambang batu bara PT Bukit Asam. Batu pertama proyek ini sudah diletakkan sendiri oleh Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News