ELT SSJ 100 Kuno
Tidak Terdeteksi Radar, Bikin Lama Pencarian
Selasa, 15 Mei 2012 – 06:15 WIB
Bahkan, juru bicara Basarnas Gagah Prakoso mengungkapkan tidak hanya satelit Indonesia yang gagal menangkap frekuensi SSJ 100. Dua satelit milik negara tetangga yakni Singapura dan Australia yang menjadi backup satelit Indonesia juga bernasib sama. Idealnya, begitu kecelakaan terjadi pesawat langsung memancarkan ELT.
Dia tidak tahu pasti kenapa pabrikan Sukhoi memasang alat tersebut. Kalaupun alat tersebut merupakan standar pabrikan, terbukti tidak bisa berfungsi baik di Indonesia. Namun, untuk lengkapnya Tatang akan membawa ELT tersebut ke markas KNKT. "Akan kami selidiki lebih lanjut ELT tersebut," imbuhnya.
Anggota Komisi I DPR Roy Suryo yang ikut ke Posko Cijeruk, Bogor berharap agar fakta itu segera ditindaklanjuti pabrikan Sukhoi. Artinya, kalau serius membuka pasar di Indonesia harusnya peralatan menyesuaikan juga. "Harus jadi koreksi kalau pesawat itu masih dipasarkan," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan kalau ELT dulunya bernama ELBA (emergency located beacon aircraft). Alat tersebut disebutnya sudah jadi standar penerbangan sipil. Alat tersebut akan bekerja otomatis saat pesawat jatuh dengan tekanan tinggi. Dengan begitu, tim pencari bisa melakukan pencarian dengan lebih mudah dan cepat.
JAKARTA - Klaim Sukhoi Civil Aircraft Corporation, perusahaan yang membangun Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 bahwa pesawatnya menggunakan teknologi terkini
BERITA TERKAIT
- BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Hujan, Masyarakat Diimbau Waspada
- Bea Cukai dan Polri Bongkar Penyelundupan 389 Kg Sabu-Sabu Jaringan Timur Tengah
- Besok, Presiden Prabowo Sampaikan Realisasi Kenaikan Gaji Guru, PNS & PPPK Makin Makmur
- LAZNAS Syarikat Islam dan BAZNAS Bersinergi Salurkan Rp 500 Juta untuk Palestina
- BAZNAS Angkat Kisah Guru Papua dalam Buku Mengajar di Batas Negeri
- Warga Angkatan 45 Geger, Romiah dan Bobi Mengaku Tidak Kenal