ELT SSJ 100 Kuno

Tidak Terdeteksi Radar, Bikin Lama Pencarian

ELT SSJ 100 Kuno
KESULITAN : Dua pendaki asal Rusia yang turut membantu proses evakuasi korban sukhoi terpaksa ikut turun karena kesulitan mendaki akibat bawaan logistik yang lebih kapasitas di jalur cipelang cijeruk kabupaten Bogor, Minggu 13/05/2012. Foto: Risky/Radar Bekasi
Saat ini, lanjut Roy, terdapat tiga jenis ELT. Yakni, ELT untuk pendaki gunung, kapal laut, dan pesawat terbang. Dinamisnya dunia penerbangan juga mempengaruhi penggunaan frekuensi tersebut, kalau memaksa di 12.5 VHF yang jenis pancarannya line off sight atau lurus tidak bisa menembus gunung.

Lebih jelas lagi juru bicara Basarnas Gagah Prakoso mengatakan kalau frekuensi di pesawat Sukhoi sudah sangat lama ditinggalkan Indonesia. Frekuensi tersebut pernah dipakai penerbangan Indonesia pada tahun 1980an. "Akhirnya, regulasi pada 2009 menegaskan semua frekuensi ELT beralih ke 406 MHz," tuturnya.

Di Indonesia, proses perpindahan frekuensi sendiri juga tidak secepat membalik tangan. Namun, dia memastikan sejak munculnya regulasi tersebut tidak ada lagi pesawat di Indonesia yang ELTnya masih di kanal 121.5. Tidak hanya pesawat, disebutkan juga untuk kapal semua sudah meninggalkan frekuensi itu.

Dia lantas menjelaskan bagaimana proses penyampaian titik kordinat melalui ELT ke radar milik Basarnas. Cukup sederhana sebenarnya, saat pesawat mengalami musibah ELT lantas terpancar. Satelit menangkap sinyal tersebut dan diteruskan ke radar. "Di Bumi, satelit mengirimkan data dalam bentuk koordinat," jelasnya.

JAKARTA - Klaim Sukhoi Civil Aircraft Corporation, perusahaan yang membangun Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 bahwa pesawatnya menggunakan teknologi terkini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News