ELT SSJ 100 Kuno

Tidak Terdeteksi Radar, Bikin Lama Pencarian

ELT SSJ 100 Kuno
KESULITAN : Dua pendaki asal Rusia yang turut membantu proses evakuasi korban sukhoi terpaksa ikut turun karena kesulitan mendaki akibat bawaan logistik yang lebih kapasitas di jalur cipelang cijeruk kabupaten Bogor, Minggu 13/05/2012. Foto: Risky/Radar Bekasi
Dari titik koordinat itulah lantas di set ke Global Positioning System (GPS) untuk membaca lokasi. Begitu GPS menunjukkan kemana arah yang harus diambil, tim pencari mulai bergerak ke lokasi. Namun, proses tersebut tidak terjadi di ELT milik Sukhoi.

Kalaupun alat tersebut menyala, sinyal yang dikeluarkan tidak bisa di deteksi radar di Indonesia, Singapura atau Australia. Lantas, seperti yang ditulis diatas pencarian dilakukan dengan cara manual. "Saya tidak tahu pasti, mungkin hanya Rusia atau Sukhoi saja yang pakai frekuensi lama," terangnya.

Bukan tanpa alasan Gagah menyebut demikian. Saat ini, maskapai penerbangan rata-rata menggunakan pesawat dari pabrikan Eropa dan Amerika. Nah, dua benua tersebut sepakat untuk sama-sama menggunakan frekuensi 406 MHz. Dia yakin betul frekuensi tersebut dianut oleh beberapa negara lain mengingat dominasi pesawat Eropa dan Amerika di dunia.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo menambahkan kalau pihaknya belum tahu pasti apakah ELT mengalami kerusakan atau tidak. Saat dibawa ke atas dari jurang, kondisi fisik memang lumayan bagus. Namun, apakah saat kecelakaan berfungsi atau tidak, dia tak tahu pasti.

JAKARTA - Klaim Sukhoi Civil Aircraft Corporation, perusahaan yang membangun Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 bahwa pesawatnya menggunakan teknologi terkini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News