Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono

Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
Kalau Prof Widjajono sering mengajak saya bicara soal konversi gas, saya sering mengajak bicara beliau soal mobil listrik nasional. Termasuk, perkembangan terakhirnya. Saya tahu, konversi gas memang bisa dilakukan lebih cepat daripada mobil listrik nasional. Namun, kami sepakat dua-duanya harus dijalankan. Kami juga sepakat bahwa upaya itu tidak mudah, tapi pasti berhasil kalau dilakukan dengan semangat Angkatan 45.

   

Saya bersyukur sempat menginformasikan perkembangan terakhir mobil listrik nasional. Ribuan e-mail dan SMS mendukung dengan gegap gempita kehadiran mobil listrik nasional itu. Dan yang secara serius mengajukan konsep, desain, serta siap memproduksinya ada empat orang.

   

Saya sudah melakukan kontak intensif dengan empat orang tersebut. Saya juga sudah membuat grup e-mail bersama empat orang tersebut. Kami bisa melakukan rapat jarak jauh membicarakan program-program ke depan. Tanggal 21 April kemarin kami menyelenggarakan rapat sesuai dengan program semula. Meskipun, rapat itu berlangsung di dunia maya.

   

Empat orang tersebut adalah orang-orang muda yang luar biasa. Ada nama Mario Rivaldi. Dia kelahiran Bandung, pernah berkuliah di ITB, kemudian mendapat beasiswa kuliah di Jerman. Mario bahkan sudah melahirkan prototipe sepeda motor listrik dan mobil listrik. Saya sudah pernah mencobanya di Cimahi. Mario sangat siap memproduksi mobil listrik nasional. Selama uji coba itu tiga tahun terakhir, Mario bekerja sama dengan LIPI dan ITB.

   

SAYA terkesan dengan logika berpikir Prof Widjajono Partowidagdo, wakil menteri ESDM yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News