Empat Tahun, Masih Ada Rakyat yang Merasa Dibohongi
jpnn.com, JAKARTA - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melihat pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla tidak serius menjalankan program Nawacita seperti yang dijanjikan.
Dalam aksi demonstrasi KAMMI di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (22/10) mereka memberikan hadiah berupa kado lima keprihatinan rakyat.
Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi menyatakan lima keperihatinan itu terdiri dari utang negara, kedaulatan pangan, tenaga kerja asing, kedaulatan hukum dan narkoba. .
"Rakyat tidak bisa dibohongi dengan angka-angka yang diciptakan oleh pemerintah, tapi rakyat bisa merasakan secara langsung efek dari kebijakan-kebijakan yang dilontarkan pemerintah," kata Irfan.
Irfan meminta pemerintah menyelesaikan utangnya. Utang luar negeri Indonesia pada akhir Agustus 2018 tercatat sebesar USD 360,7 miliar atau Rp 5,484 triliun.
Analisis Moody's dari Bloomberg pada Mei 2018 bahwa Indonesia dalam kondisi berbahaya jika dilihat dari jumlah utang luar negerinya.
Terlebih lagi utang pemerintah digunakan untuk membayar utang dan gaji. "Ini semakin membuktikan bahwa kinerja pemerintahan saat ini cenderung mengalami kemerosotan dalam pengelolaan negara," tambah dia.
Menurutnya, hari-hari ini publik kembali disuguhi tontonan sengkarut kebijakan impor beras.
Ketidakkompakan birokrasi secara nyata dipertontonkan melalui perseteruan antara Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog). Kemendag ngotot impor, sedangkan Bulog menolaknya.
Menagih sejumlah janji dan pekerjaan rumah pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama 4 tahun.
- Khawatir Orba Terulang, PMKRI Menuntut Oknum TNI Pelaku Pengeroyokan Ditangkap
- Ketua KAMMI Laporkan Oknum TNI ke Denpom Jaya Terkait Penganiayaan
- Detik-Detik Ketua KAMMI Dianiaya, Pelaku Diduga Oknum TNI
- Organisasi Pemuda Nilai RUU Kesehatan Perlu Disahkan, Ini Alasannya
- Soal Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi, KAMMI: Sosialisasikan Secara Masif
- Irjen Iqbal Harap KAMMI Mantapkan Ukhuwah Islamiah, Insaniah, dan Wataniah di Indonesia