Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (1)

Sembuh dari Gila, Sukses Kelola Warung Kopi di Pantai

Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (1)
Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (1)
Di tengah jalan, banyak warga yang berteriak, ”air, air, air” sambil berlari menjauhi pantai. Muhari masih tak paham. Namun, dia memutuskan berbalik menuju rumah, tempat istri dan kedua anaknya tinggal. Belum sampai di rumah, tiba-tiba dia melihat gelombang laut setinggi gunung datang menerjang. Muhari terempas dan tersangkut di batang pohon jambu.

Saat dia merangkul erat batang pohon jambu itu, gelombang kembali datang. Kali ini lebih besar. Saat arus itu melewati tubuhnya, Muhari menundukkan kepala dan menyelam sambil tetap berpegangan erat. Pohon jambu itu putus sedikit di atas pegangan tangannya akibat terkena gelombang laut campur seng dan kayu. ”Kalau tidak menunduk, habis kepala saya,” kata Muhari.

Lalu, datang lagi gelombang ketiga yang lebih besar. Tubuh Muhari terempas hingga ke Masjid Babul Jannah. Banyak mobil hanyut. Muhari lalu naik ke atap jendela masjid yang tingginya sekitar lima meter dan terus mencari pegangan yang erat.

Dari atas masjid itu Muhari melihat bagaimana gelombang laut tersebut menelan apa saja. Semua bangunan sekitar masjid, Lapas Meulaboh, perumahan Polri, perumahan kompleks tentara, dan rumah penduduk yang padat di tepi pantai disapu bersih. ”Hanya masjid ini (Babul Jannah) yang masih tegak berdiri. Yang lain roboh ,rata dengan tanah,” katanya.

Bulan ini warga Aceh akan memperingati empat tahun bencana tsunami yang memorakporandakan kampung halaman mereka. Inilah satu kisah dari mereka yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News