Enam Keputusan untuk Bali
Selasa, 20 April 2010 – 11:40 WIB
DI sela-sela acara retreat tiga hari di Istana Tampak Siring, Bali (Senin-Rabu) ini saya sempat “mencuri” waktu melihat proyek PLTU di Celukan Bawang yang sudah tiga tahun macet itu. Inilah salah satu proyek yang membuat listrik di Bali byar-pet. Kalau saja proyek 3x135 MW ini selesai tepat waktu alangkah cukupnya listrik di Bali saat ini.
Tapi menyesali keadaan saja tidak cukup. Yang penting, sejak dua bulan lalu krisis listrik di Bali sudah berakhir. Tidak ada lagi byar-pet. Meski sifatnya masih pas-pasan. Masih belum bisa memenuhi antreaan daftar tunggu yang sangat panjang itu. Itulah sebabnya saya harus banyak membuat keputusan untuk Bali.
Baca Juga:
Tidak terasa, selama empat bulan menjabat Dirut PLN ini, saya sudah membuat enam keputusan penting untuk Bali. Pertama, saya harus mengambil langkah darurat untuk mengatasi byar-pet. Ini sudah berhasil dilakukan oleh teman-teman PLN di Bali meski baru pas-pasan. Kedua, memutuskan untuk mencari tambahan daya listrik sebesar 30 dan 50 MW agar yang pas-pasan tadi bisa sedikit longgar. Ini sangat penting untuk jaga-jaga. Misalnya kalau ada salah satu mesin yang tiba-tiba mati. Atau ada mesin yang sudah tiba waktunya harus dimatikan untuk dipelihara.
Keputusan ketiga adalah memasang kabel bawah laut dua sirkuit lagi. Ini untuk mengalirkan listrik dari Jawa ke Bali. Dengan tambahan dua sirkuit kabel bawah laut ini, Bali akan bisa dapat tambahan daya 200 MW. Tender untuk proyek ini dilakukan. Dua minggu lalu sudah diumumkan pula pemenangnya. Sayangnya, proyek kabel bawah laut di Selat Bali itu hanya bisa dikerjakan pada bulan September-Oktober. Bulan-bulan lain sangat berbahaya. Palung di laut itu dalamnya 90 meter. Sebenarnya saya ingin memaksakan kabel itu sudah bisa digelar September depan, tapi kabelnya belum bisa jadi. Terpaksa penggelaran kabel bawah laut itu baru akan bisa dilakukan September-Oktober tahun depan.