Enam Tahun Korban Lumpur Lapindo Hidup dalam Ketidakpastian
Bertahan di Tanggul demi Tuntut Ganti Rugi
Selasa, 29 Mei 2012 – 00:02 WIB
Bagaimana kalau hujan? "Kalau hujan, ya saya langsung sembahyang dan hujan pun berhenti," jawab Sutikno sekenanya.
Berkomunikasi dengan Sutikno memang gampang-gampang susah. Pembicaraan normal paling hanya terjadi pada satu-dua kalimat awal. Setelah itu dia susah mempertahankan konsistensi pembicaraan.
Ketika ditanya tentang keberadaan anak-istrinya, Sutikno bilang berada di kecamatan lain dan membuka toko pracangan. Sejurus kemudian, dia bilang anaknya sakit dan ususnya difotokopi. Usus difotokopi" Sutikno keukeuh. Dia terus berkata bahwa anaknya sakit. Nah, berkat ketegasannya memaksa dokter, sang anak sekarang sembuh.
Kondisi berbeda dialami Ny Asmani. Perempuan 64 tahun tersebut tinggal di sebuah rumah reyot di Desa Siring, Porong. Suaminya sudah meninggal. Dia tinggal bersama keponakannya yang berusia 14 tahun. Namun, sang keponakan jarang di rumah karena menjadi pengamen jalanan.
Enam pekan sudah sejumlah warga bertahan hidup di tanggul lumpur Lapindo. Mereka adalah warga yang masuk dalam peta terdampak sesuai dengan Perpres
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408