Enam Tahun Korban Lumpur Lapindo Hidup dalam Ketidakpastian

Bertahan di Tanggul demi Tuntut Ganti Rugi

Enam Tahun Korban Lumpur Lapindo Hidup dalam Ketidakpastian
Sutikno memeriksa masakannya di titik 25 tanggul Lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo. Foto : Boy Slamet/JAWA POS
Bagaimana kalau hujan? "Kalau hujan, ya saya langsung sembahyang dan hujan pun berhenti," jawab Sutikno sekenanya.

   

Berkomunikasi dengan Sutikno memang gampang-gampang susah. Pembicaraan normal paling hanya terjadi pada satu-dua kalimat awal. Setelah itu dia susah mempertahankan konsistensi pembicaraan.

   

Ketika ditanya tentang keberadaan anak-istrinya, Sutikno bilang berada di kecamatan lain dan membuka toko pracangan. Sejurus kemudian, dia bilang anaknya sakit dan ususnya difotokopi. Usus difotokopi" Sutikno keukeuh. Dia terus berkata bahwa anaknya sakit. Nah, berkat ketegasannya memaksa dokter, sang anak sekarang sembuh.

   

Kondisi berbeda dialami Ny Asmani. Perempuan 64 tahun tersebut tinggal di sebuah rumah reyot di Desa Siring, Porong. Suaminya sudah meninggal. Dia tinggal bersama keponakannya yang berusia 14 tahun. Namun, sang keponakan jarang di rumah karena menjadi pengamen jalanan.

   

Enam pekan sudah sejumlah warga bertahan hidup di tanggul lumpur Lapindo. Mereka adalah warga yang masuk dalam peta terdampak sesuai dengan Perpres

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News