Enam Tahun Lumpur Lapindo, Derita Tak Kunjung Sirna
Senin, 28 Mei 2012 – 05:25 WIB
"Mau jebol, mau apa, bukan urusan kami. Nasib kami selama enam tahun saja masih terkatung," tandas pria berbadan tinggi-besar itu.
Hingga kini, ada 4.129 berkas senilai Rp 971 miliar yang belum diselesaikan proses ganti ruginya oleh pihak Lapindo. Lapindo hanya bisa menjanjikan Rp 400 miliar yang akan didistribusikan pada Juli mendatang dengan prioritas ganti rugi di bawah Rp 500 juta. Sedangkan sisanya masih belum jelas. Saking jengkelnya, Hartoyoso malah mengharapkan tanggul jebol agar perjuangan warga kembali diperhatikan.
Situasi seperti itulah yang ada sejak semburan lumpur yang menenggelamkan 669 hektare lahan dan merusak ratusan hektare lainnya terjadi kali pertama pada 29 Mei 2006. Gejolak sosial yang masih terus terjadi dan lumpur yang terus menyembur tanpa pernah ada upaya menghentikan.
Meski kompleks, permasalahan terkait lumpur Lapindo sebenarnya hanya dua. Pertama, mengatasi masalah semburan dan aspek geologisnya. Kedua, masalah sosial kemasyarakatan. Ironisnya, sejak enam tahun petaka yang telah membunuh sebelas orang tersebut, dua permasalahan tersebut belum juga beres.
SEJAK 16 April lalu, lebih dari 2.000 orang secara bergantian memblokade tanggul lumpur di titik 25, Porong, Sidoarjo. Mereka adalah warga korban
BERITA TERKAIT
- KPK Buka Peluang Proses Shanty Alda di Kasus Abdul Gani
- Yayasan GSN dan PT Atthaya Teken MoU soal Bantuan Pupuk untuk Petani Miskin
- Gangguan Kelenjar Tiroid, Bahaya Tersembunyi yang Sering Diabaikan
- LSPR Institute Buka Program Studi Pendidikan Khusus di Momen Wisuda
- Penembakan Siswa SMK oleh Oknum Polisi Cederai Rasa Keadilan Masyarakat
- Hak Konstitusional Firli Bahuri Harus Dihormati