Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik

Gagal Didik Dua Murid, Terancam Tak Ada Penerus

Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
KESENIAN gambang kromong klasik terancam punah. Seni musik orkes paduan Betawi-Tiongkok itu kini tinggal menyisakan satu maestro yang masih hidup: Encim Masnah.

----------------

AGUNG PUTU-THOMAS KUKUH, Tangerang

---------------

Lantunan melodi paduan tehyan, konghayan, dan sukong terdengar sayup-sayup dari rumah Encim Masnah atau Nenek Masnah di Desa Sewan Kebon, Neglasari, Tangerang, Banten. Gesekan tiga alat musik khas gambang kromong itu mengawali tembang Stambul yang kondang dimainkan pada acara pesta pernikahan warga Betawi. Semilir angin menambah syahdu suasana di rumah mungil yang menghadap kebun dengan ilalang setinggi semeter itu.

Kamis (16/2) siang itu, Masnah duduk di ruang tengah rumah sambil memegang microphone. Dua koyo ditempelkan di kedua pelipisnya. Suara alat musik itu sejatinya berasal dari DVD Player. Perempuan bernama Tionghoa Pang Tjin Nio itu sedang berkaraoke. "Siapa suka menggulung tenda. Tenda digulung dari Bekasi. Siapa suka menolong saya. Banyak-banyak terima kasih," nyanyi Masnah.

KESENIAN gambang kromong klasik terancam punah. Seni musik orkes paduan Betawi-Tiongkok itu kini tinggal menyisakan satu maestro yang masih hidup:

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News