Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Gagal Didik Dua Murid, Terancam Tak Ada Penerus
Senin, 20 Februari 2012 – 09:04 WIB
Gambang kromong klasik berbeda dengan yang sering ditampilkan belakangan ini. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu bertema mendalam. Misalnya, Poa Si Li Tan, Kramat Karem, dan Gula Ganting.
Gambang kromong populer biasanya memainkan lagu-lagu populer. Masnah menyebutnya dengan istilah "lagu sayur". Sedangkan lagu filosofis yang serius dia sebut dengan nama "lagu dalam". Beberapa orang bahkan menyebut gambang kromong yang dimainkan Masnah sebagai gambang kromong dalem karena dalamnya pesan yang dibawa.
Gambang kromong merupakan kesenian perkawinan musik Betawi dan Tiongkok. Gambang kromong juga bisa disebut sebagai orkes yang memainkan beragam alat musik, memadukan gamelan dan alat musik Tiongkok. Alat musik Tiongkok yang digunakan adalah sukong, tehyan, dan konghayan. Nama gambang kromong diambil dari dua alat perkusi gambang dan kromong.
Gambang kromong terbagi dalam versi modern dan klasik. Versi klasik memainkan lagu dalam, sedangkan versi populer memainkan lagu-lagu sayur. Syair lagu keduanya menggunakan bahasa Melayu Betawi dengan irama tenang. Karena itu, gambang kromong klasik sangat berbeda dengan gambang kromong modern yang dipakai untuk iring-iringan tari.
KESENIAN gambang kromong klasik terancam punah. Seni musik orkes paduan Betawi-Tiongkok itu kini tinggal menyisakan satu maestro yang masih hidup:
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408