Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik

Gagal Didik Dua Murid, Terancam Tak Ada Penerus

Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Saat masih berjaya dulu, Masnah tidak hanya piawai bernyanyi. Dia juga bisa menari. Karena itu, susah mencarikan padanannya di masa kini. Untuk bernyanyi gambang kromong klasik saja sulit, apalagi yang bisa menari sekaligus bernyanyi. Mendidik penerus generasi gambang kromong juga tidak gampang. Masyarakat sekarang lebih tertarik mendalami kesenian modern yang lebih populer.

Bahkan, dari tiga anak Masnah hasil perkawinannya dengan maestro gambang kromong Oen Oen Hok, tidak ada yang mengikuti jejaknya. Ocit yang anak bungsu pun enggan. Ocit menuturkan, pada 2004 ada dua orang yang berguru kepada Masnah. Mereka dibiayai Ford Foundation agar tetap ada penerus sinden klasik. Sayangnya, mereka tak melanjutkannya sampai tuntas.

Saat itu Ford Foundation yang bekerja sama dengan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI) juga membuat 20 album Seri Musik Indonesia. Mereka merekam 200 lagu dari 25 provinsi di Indonesia. Bahkan, penelitian, rekaman, dan penyusunannya memakan waktu hingga 10 tahun. Nah, di album khusus gambang kromong itulah suara Masnah direkam.

Padahal, Masnah saat ini merupakan satu-satunya yang mewarisi kesenian gambang kromong klasik. Jika tidak ada yang menjadi muridnya, kesenian tersebut bisa ikut punah seiring dengan usia Masnah.

KESENIAN gambang kromong klasik terancam punah. Seni musik orkes paduan Betawi-Tiongkok itu kini tinggal menyisakan satu maestro yang masih hidup:

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News