Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik

Gagal Didik Dua Murid, Terancam Tak Ada Penerus

Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik
Pada 2007, Masnah mendapat penghargaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai seniman yang dianggap setia merawat tradisi. Namun, kini tak banyak kelompok musik gambang kromong yang bertahan. Kebanyakan pemainnya cabutan, tidak menjadi anggota tetap kelompok gambang. Order pentas di pesta-pesta pernikahan merosot karena kalah dengan organ tunggal alias electone. Mereka kebanyakan hanya tampil untuk acara-acara di vihara.

Pada masa jayanya Masnah tidak hanya panen order. Karena menjadi sinden, Masnah juga menjadi bidadari gambang kromong. Pamor kemampuan bernyanyi dan menari diikuti dengan pesonanya. "Dulu sampai dijuluki ratu panggung," kata Ocit.

Karena itu, tidak heran bila banyak pembesar yang kepincut dengan Masnah. Perempuan berdarah Tionghoa-Sunda-Jawa itu menikah hingga tujuh kali. Mulai polisi, pejabat, hingga akhirnya pemain gambang kromong sendiri yang memberinya tiga anak.

Masnah sejatinya gelisah dengan masa depan gambang kromong klasik. Namun, dia tidak berdaya dengan situasi yang membuatnya sulit menularkan kemampuan tersebut. Sebab, selain popularitas gambang kromong yang terus turun, dana menjadi persoalan tersendiri. Meski begitu, Masnah tak pernah hilang rasa cintanya kepada kesenian yang telah membesarkan namanya itu. "Dari mana datangnya lintah. Dari laut turun ke kali. Dari mana datangnya cinta. Dari mulut turun ke hati," lanjutnya berdendang. (c2/nw)

KESENIAN gambang kromong klasik terancam punah. Seni musik orkes paduan Betawi-Tiongkok itu kini tinggal menyisakan satu maestro yang masih hidup:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News