Endemis, Tarakan Kenalkan Topi Anti DBD

Endemis, Tarakan Kenalkan Topi Anti DBD
Endemis, Tarakan Kenalkan Topi Anti DBD
“Kemungkinan besar, penjangkitan DBD di wilayah Kelurahan Kampung VI berasal dari gigitan nyamuk dari daerah lain saat warga Kampung VI bekerja atau beraktivitas di luar wilayah Kampung VI,” ulasnya.

Selain melakukan pemantauan kasus DBD lewat Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Dinas Kesehatan juga mengupayakan penanganan penularan DBD dengan mencegah pengembangbiakan jentik nyamuk pembawa virus DBD lewat program abatisasi. Meski abatisasi dinilai cukup efektif untuk memutus rantai pengembangbiakan nyamuk, Dinas Kesehatan tetap mengusahakan cara lain yang lebih efektif dan dapat diterapkan di seluruh rumah tangga. Salah satu cara yang masih dalam tahap pengenalan dan baru diperkenalkan kemarin oleh Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit adalah Topi Anti DBD yang merupakan adaptasi dari model serupa di India namun tidak dengan jala berinsektisida.

Disebutkan dr Tri, pengembangan Topi Anti DBD ini dilakukan pihaknya setelah mendapat pelatihan manajemen DBD oleh Kementerian Kesehatan RI pada bulan Februari lalu. Diliriknya model ini, menurut dr Tri karena dinilai cukup efektif menangani DBD ditambah lagi kondisi di Tarakan yang banyak kemiripan dengan India.

“Masalah di Tarakan itu kan kesulitan mendapatkan sumber air, sehingga kebanyakan masyarakat memanfaatkan air hujan yang ditampung didalam drum atau profil tank. Dan, seperti kita tahu, tempat penampungan air hujan seperti itu adalah tempat istimewa bagi nyamuk bertelur, menyebarkan jentik nyamuk hingga menjadi nyamuk dewasa,” ungkap dr Tri.

TARAKAN – Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Tarakan, sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini, terjadi 239 kasus Demam Berdarah Dengue

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News