Energi Tercurah untuk Nepotisme Presiden

Energi Tercurah untuk Nepotisme Presiden
Foto: Reuters/Khaled Abdullah
Tapi, pasifnya Saleh bukan tanpa alasan. Dari pusat kekuasaannya di Kota Sanaa, dia justru sibuk mengonsolidasikan kekuatan keluarganya dalam pemerintahan. Memastikan orang-orang terkasihnya menduduki jabatan yang nyaman. Akibatnya, urusan penting di wilayah lain dia abaikan. "Pemerintah (Saleh) benar-benar hanya berkutat di Sanaa," lanjut diplomat yang identitasnya dirahasiakan tersebut.

Saking fokusnya mengurus Sanaa dan keluarganya, Saleh menutup mata pada konflik majemuk yang terjadi di Yaman. Tidak meratanya kesejahteraan, lapangan kerja dan fasilitas masyarakat sama sekali diabaikannya. Sampai sekarang, sebagian besar wilayah Yaman masih belum teraliri listrik dan air bersih. Karena itu, wajar jika pengaruh Saleh di luar ibu kota pun semakin lemah.

Padahal, bersamaan dengan penolakannya terhadap bantuan militer Amerika Serikat (AS) dalam memburu teroris, dia menegaskan bakal berusaha dengan tangannya sendiri untuk memenangkan dukungan rakyat. Sikap Saleh itu dikritik Murad Zafir. Analis politik Yaman itu mengatakan bahwa pemerintahan korup Saleh tidak akan mampu menunaikan tugas-tugas kenegaraan secara efektif.

Terutama, dalam menumbangkan Al Qaidah yang bercokol di kawasan utara Yaman. Sebab, Saleh yang menjabat sebagai pemimpin Garda Republik Yaman tidak menganggap jaringan teror yang di Yaman disebut AQAP (Al Qaidah di Semenanjung Arab) itu sebagai musuh negara. "Dia baru akan menganggap AQAP ancaman setelah anggota keluarganya diculik atau dibunuh kelompok teror itu," kata Zafir. (hep/ami)

YAMAN tak hanya dibelit masalah terorisme dan kemiskinan. Nepotisme pun menjadi masalah kronis negeri yang dipimpin Ali Abdullah Saleh itu. Sang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News