Engkau Lenyap dalam Angka
Senin, 15 Juni 2009 – 22:07 WIB
Mazhab kritis bahkan nekad bergabung denganmu yang kurang beruntung untuk melakukan perubahan. Jika perlu dengan cara radikal. Memang, ini perkara politik, dan biasanya mazhab ini bekerjasama dengan partai politik, yang menghendaki perubahan dan bukannya mempertahankan kemapanan dan status quo. Adakah parpol macam itu, di sini, aku tak tahu.
***
Pada mulanya ada masalah. Katakanlah, siapa Capres-Cawapres yang engkau kehendaki. Nah, ketika peneliti mendatangimu, mereka cuma bertanya ini dan itu yang telah dirumuskan. Tetapi tanpa dialog, sehingga engkau tidak mengerti dengan jelas apa masalahmu. Padahal, semestinya semua masalah itu dirumuskan lebih dulu, dan engkau setuju, dan memang itulah masalahmu.
Jika bertanya langsung sesuai yang telah dirumuskan oleh peneliti, biasanya akan terpeleset kepada satu system dan kondisi sosial yang walaupun menekan secara ideologi tapi karena sudah terbiasa sangat lama, sehingga menjadi dekanden, dan engkau menganggapnya sebagai bukan persoalan lagi. Begitulah, menurut Gidden. Misalnya, paternalisme dan feodalisme yang sudah berurat berakar tak lagi engkau rasakan rakyat sebagai sesuatu yang harus diubah, sehingga demokrasi dan emansipasi malah terasa asing.
Peneliti mestinya lebih dulu menjelaskannya kepadamu, sehingga engkau paham apa yang dimaksud dengan perubahan. Peneliti menjadi pemain? Apa sih salahnya? Para peneliti tinggal memilih, ia berada di kutub yang mana? Mendukung perubahan atau tidak sama sekali? Ilmu memang hanya alat, bagai pisau pengiris bawang sebagai metaphor. Adorno (1970) malah berpendapat bahwa tugas ilmuwan kritis adalah melawan semua bentuk penindasan cara berpikir baik oleh individu, atau rezim yang berkuasa dan yang bernafsu hendak berkuasa.