Epidemiolog Soroti Longgarnya Pintu Masuk Bagi WNA
jpnn.com, JAKARTA - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Helda menyebut varian Delta pertama kali ditemukan di India.
Varian tersebut tidak ditemukan di tanah air sebelum lonjakan kasus COVID-19 terjadi belakangan ini.
"Temuan Delta pertama di India. Belum ada di Indonesia. Mestinya ini varian impor," kata Helda dalam diskusi virtual "Benarkah Varian Baru Virus COVID-19 Makin Ganas" inisiasi Partai Gelora, Selasa (6/7).
Menurut Kepala Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu, penularan varian Delta diawali dari transmisi luar negeri.
Contohnya, pendatang dari India menulari warga lokal di Indonesia. Selanjutnya terjadi transmisi antarwarga lokal di tanah air.
Helda mengatakan, kebijakan pemerintah tentang karantina pelaku perjalanan internasional tidak ketat.
Pemerintah sebelumnya hanya mewajibkan pelaku perjalanan internasional dikarantina selama lima hari sejak tiba di Indonesia.
"Ada pendatang yang kemudian dia melakukan karantina cuma lima hari yang harusnya 14 hari, setelah itu terjadi penularan. Masa penularan tidak ter-cover hanya lima hari," ujar dia.
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Helda menyebut varian Delta pertama kali ditemukan di India, varian tersebut tidak ditemukan di tanah air sebelum lonjakan kasus COVID-19 terjadi
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kantor Imigrasi Jakpus Deportasi 14 WNA yang Langgar Izin Tinggal
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Imigrasi Surabaya Deportasi 2 WNA yang Langgar Aturan Keimigrasian
- Satgas Pora & Lanal Bintan Gagalkan Penyelundupan WNA dari Malaysia ke Batam
- Imigrasi Bandara Soetta Tindak 4 WNA Nigeria yang Terjaring Operasi Jagratara