Eranya Para Sheikh
Kamis, 29 Desember 2011 – 13:33 WIB
Mulai dari pengusaha asal Skandinavia, Eropa Timur, Amerika, hingga belakang Asia, terutama Timur Tengah, menggebrak. "Para investor dari Asia sekarang berebut terlibat. Benar-benar terjadi lonjakan deal yang besar," kata Raj Athwal, Head of Corporate klub kasta kedua Watford, seperti dikutip Daily Mail.
Mohamed Al Fayed dianggap sebagai pionir pebisnis non-Eropa yang merambah Inggris. Dia kelahiran Mesir dan membeli Fulham pada 1997. Ternyata, konglomerat Asia, yakni Sam Hamman, asal Lebanon, sudah lebih dulu pada 1977 dengan menjadi presiden Wimbledon FC. Dia melepas sahamnya di sana pada 200 lalu.
Kalau saja beberapa deal tercapai pada awal musim lalu, sepak bola Eropa benar-benar diramaikan konglomerat Asia. Saat itu, pengusahan India Mukesh Ambani ingin membeli Liverpool dan adiknya Anil Ambani ingin mengakuisisi Newcastle United. Tapi, gagal.
Inggris memang menjadi tujuan utama, tapi liga lainnya juga menjadi bidikan. Di Liga Primera, konglomerat asal Qatar Sheikh Abdullah Al Thani mengakuisisi Malaga dan kemudian Royal Emirates Grup mengambil alih Getafe.
PARIS - Tren konglomerat Asia, terutama Timur Tengah merambah sepak bola Eropa terus berlanjut. Mereka datang membawa ambisi besar dan dana banyak.
BERITA TERKAIT
- Persib Bandung vs Dewa United: Bojan Hodak Optimistis Menang, tetapi
- Borneo FC Umumkan Pelatih Baru, Ungkap Alasan Pecat Pieter Huistra
- Persebaya Vs Malut United jadi Laga Spesial Buat Ardi Idrus
- Sudah Dapat 2 Pemain Baru, Persib Bandung Masih Ingin Belanja?
- Dirtek Timnas Indonesia Dinilai Punya Tanggung Jawab Krusial
- Indra Sjafri Pengin Patrick Kluivert Memainkan Sepak Bola Ala Indonesia, Ini Alasannya