Erdogan Serukan Boikot Produk Prancis, Aksi Bela Islam atau Perang Dagang?
jpnn.com, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada warganya untuk memboikot produk Prancis serta mendesak pemimpin Uni Eropa untuk menghentikan agenda anti-Islam Presiden Emmanuel Macron.
"Seperti mereka yang mengatakan 'jangan membeli barang bermerek Turki' di Prancis, saya juga menyerukan kepada seluruh warga di sini agar tidak pernah membantu merek-merek Prancis ataupun membelinya," ujar Erdogan.
Menurut badan statistik setempat, Prancis adalah negara pengimpor terbesar ke-10 bagi Turki, dan pasar terbesar ke-7 untuk produk ekspor negara dua benua tersebut.
Produk otomotif Prancis adalah salah satu yang mempunyai nilai penjualan mobil tinggi di Turki.
Sebelumnya pada Sabtu (24/10), Erdogan menyebut Macron mempunyai masalah dengan umat Muslim dan perlu melakukan pemeriksaan kejiwaan sebagai tanggapan atas pidato Macron yang dianggap menyuburkan Islamofobia.
Komentar tersebut membuat Prancis menarik duta besar mereka dari Ankara. Namun Erdogan kembali mengeluarkan komentar serupa pada Minggu (25/10) dan Senin ini.
Dalam pidatonya, Macron berjanji untuk memerangi separatisme Islam yang menurut dia mulai mengambil alih sejumlah komunitas Muslim di Prancis.
Ucapan Macron itu terkait dengan kasus pemenggalan seorang guru di Prancis oleh pemuda muslim berusia 18 tahun, setelah guru tersebut menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-murid di kelasnya atas dasar kebebasan berekspresi negara itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan boikot produk Prancis, sekadar taktik dagang?
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan