Eropa
jpnn.com - Upaya untuk menyatukan Eropa menjadi satu entitas politik yang utuh sudah sering dilakukan dengan berbagai cara. Namun, sangat tidak mudah -kalau bukan mustahil- menyatukan Benua Biru menjadi satu kesatuan dalam Pan-Eropa.
Gerakan penyatuan semacam itu sudah banyak dilakukan di berbagai wilayah dan selalu gagal. Pan-Islamisme selalu gagal. Pan-Arabisme hanya menjadi impian dan berantakan di tengah jalan.
Pernah dilakukan penyatuan paksa melalui kekerasan dan ideologi. Akan tetapi, eksperimen politik itu pun ambruk dan tidak bisa bertahan lebih dari setengah abad.
Komunisme di Uni Soviet dan Yugoslavia yang terbentuk melalui teror dan pemaksaan, pada akhirnya ambruk dan pecah berkeping-keping menjadi negara-negara kecil.
Tidak mudah menyatukan Eropa. Dari dulu sampai sekarang, Eropa terpecah-pecah-pecah oleh suku-suku bangsa kecil-kecil dengan ratusan bahasa yang berbeda.
Menjadikan Eropa sebagai entitas yang bersatu di bawah Pan-Eropa adalah impian lama yang sulit terealisasi.
Di panggung sejarah Eropa telah muncul orang-orang kuat yang ingin menyatukan Eropa menjadi satu. Tidak cukup dengan negoisasi politik yang damai tapi dengan kekerasan dan peperangan.
Seperti ungkapan Carl von Clausewitz dalam 'On War' (1832), perang adalah diplomasi dengan cara berbeda. Maka muncullah orang-orang kuat yang menyulut Perang Eropa, seperti, Napoleon dari Prancis dan Hitler dari Jerman.
Tidak mudah menyatukan Eropa. Dari dulu sampai sekarang, Eropa terpecah-pecah-pecah.
- Eropa Mulai Melarang Smartphone di Sekolah, Ini Alasannya
- Kosovo Kembali Memanas, Dunia Perlu Waspada
- Menhub Budi: Kereta Cepat Whoosh jadi Buah Bibir di ASEAN bahkan Eropa
- Uni Eropa Bekukan Proses Integrasi Georgia
- Rob Brandt Sebut Silat Berkembang Pesat di Eropa
- Sekjen NATO Sebut China Sangat Berbahaya bagi Stabilitas Eropa