Eropa 1914

Hasutan perang terbaru meningkatkan resiko human error. Sebuah peristiwa yang tampaknya tidak penting dapat memicu konflik militer.
Keputusan Abe mengunjungi Yasukuni membuat kita perlu bertanya: seberapa serius Jepang ingin meredakan ketegangan?
Tidak ada yang bisa membantu kecuali memberikan perhatian seiring peringatan seabad Perang Dunia Pertama (WW1) yang jatuh di tahun ini. Wilayah Asia Utara terjebak dalam rangkaian yang menakutkan dan pertukaran diplomatik “tit-for-tat” yang bisa meninggalkan kawasan ini dalam kekacauan.
Faktor kuncinya adalah perkembangan ekonomi China yang pesat yang berubah menjadi pemberian fasilitas dalam bentuk pengeluaran militer yang naik drastis. Pra-WW1 Jerman ditempatkan dengan perluasan ekonomi yang memicu pembentukan pasukan bersenjata, termasuk tak terhitung jumlah senjata berat, kapal perang yang menakuti angkatan laut Inggris yang menonjol sebelumnya.
Semua orang tahu, baik China maupun Wilhemine Jerman berbagi sensitivitas terhadap kekuatan persaingan yang mengelilingi mereka.
Bagi mereka yang berada di pihak Beijing, pakta pertahanan AS-Jepang saat ini tidak berbeda dengan aliansi yang menyatukan Inggris, Perancis dan Rusia yang terjadi lebih seabad lalu.
Bagaimana perkembangan-perkembangan yang terjadi di atas berdampak pada Asia Tenggara?
Kita adalah medan bagi persaingan kekuatan besar. Apa yang dilakukan Presiden Xi Jinping baru-baru ini ke Asia Tenggara terdapat kecocokan dengan pertemuan ASEAN-Jepang yang berlangsung di Tokyo.